JAKARTA (Panjimas.com) – KH Luthfi Bashori Alwi, menegaskan dirinya menolak istilah Islam Nusantara. Pengurus Komisi Fatwa MUI Malang itu mengungkapkan istilah Islam Nusantara telah menyebabkan dikotomi di tengah Umat Islam.
Hal itu lantaran para penganut Islam Nusantara telah merendahkan umat Islam lainnya, seperti Islam Arab.
“Tatkala digaungkan Islam Nusantara, ada di satu pihak yang merendahkan Islam Arab. Apalagi kalau ada yang mengatakan Islam Nusantara lebih baik dari Islam Arab. Jadi ini sudah dikotomi dan penghinaan atau rasis, negatif selain Islam Nusantara. Jadi ada Islam Nusantara versus Islam non nusantara. Itu tidak benar di dalam Islam, di dalam Islam itu sama semuanya,” kata KH Luthfi Bashori kepada Panjimas.com, Selasa (10/7/2018).
Padahal, menurut Kiai Luthfi semua umat Islam itu sama di hadapan Allah, yang membedakan hanyalah ketakwaan seseorang.
إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ
“…Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu…” (QS. Al Hujurat: 13).
Lebih lanjut, murid Sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliki itu menyatakan, paham Islam Nusantara sangat berbahaya. Karena secara otomatis konsekuensi Islam Nusantara yang anti Islam Arab, akan menolak segala hal yang berbau Arab.
“Termasuk Al-Qur’an yang dengan Bahasa Arab, shalat dengan Bahasa Arab, hadits Nabi yang menggunakan Bahasa Arab, itu harus ditolak juga jadinya. Kalau demikian kan jadi agama baru,” tegasnya.
Kiai Luthfi berpendapat, bila yang dimaksud Islam Nusantara itu adalah Ahlus Sunnah wal Jamaah, maka tak perlu lagi ada istilah baru Islam Nusantara.
“Kalau yang dimaksud Islam Nusantara itu Islam Ahlus Sunnah wal Jamaah, ya tidak usah menyebut Islam Nusantara, cukup Islam Ahlus Sunnah wal Jamaah tanpa ganti baju. Karena ganti baju dengan Islam Nusantara itu negatif, jadi kontradiksi, karena menjelekkan Islam Arab. Ini yang menjadi blunder para pegiat Islam Nusantara,” jelasnya.
Di sisi lain, mendiskreditkan Islam Arab dengan alasan mereka pelaku tindakan ekstrimisme, terorisme dan berbagai hal buruk lainnya, tidak boleh digeneralisir. Karena stigma tersebut justru seolah ikut menjadi justifikasi barat terhadap Islam selama ini.
“Kenapa harus Arab, padahal Nabi Muhammad itu orang Arab. Al-Qur’an juga diturunkan dengan Bahasa Arab,” tuturnya.
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ قُرْآنًا عَرَبِيًّا لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ
“Sesungguhnya kami menurunkan Qur’an berbahasa Arab supaya kalian berpikir.” (QS. Yusuf: 2)
Dengan demikian, Kiai Luthfi Bashori menyimpulkan, bila logika pemahaman Islam Nusantara ini dilanjutkan, bisa menyebabkan kekufuran.
“Kalau menurut kaidah aqidah Ahlus Sunnah wal Jamaah bisa terjerumus kepada kekufuran,” tandasnya. [AW]