WASHINGTON (Panjimas.com) – Amerika Serikat selama ini telah menggalang negara-negara Eropa dan Timur Tengah untuk memerangi Islamic State (Daulah Islamiyah).
Bahkan, diberitakan sudah lebih dari 40 negara yang berkoalisi dipimpin Amerika Serikat ikut serta memerangi Islamic State. Syaikh Abu Muhammad Al-Maqdisi menyebut koalisi pimpinan Amerika Serikat itu sebagai koalisi salibis yang bertujuan memerangi umat Islam. (Baca: Nasehat Syaikh Al-Maqdisi Pada Umat Islam dalam Menghadapi Serangan Koalisi Salibis Internasional)
Namun anehnya, Panglima TNI Jenderal Moeldoko, pejabat militer dari negara yang berpenduduk Muslim terbesar justru ingin ikut serta dalam koalisi Salibis memerangi Islamic State.
Bahkan ia mengatakan pemerintah Indonesia melihat Islamic State (Daulah Islamiyah) sebagai ancaman besar bagi dunia, dan Jakarta berkeinginan untuk meningkatkan kerjasama dengan Washington untuk menghadapi Islamic State di Asia Tenggara.
Seperti dilansir The Washington Times bahwa, Jenderal TNI Moeldoko secara personal dirinya meminta Kepala Kerjasama Militer AS Jenderal Martin E Dempsey untuk mengizinkan pejabat tinggi TNI ikut berpartisipasi sebagai peninjau dalam Gugus Tugas anti Islamic State di Washington.
“Pembentukan Gugus Tugas anti-ISIS di dalam pemerintahan AS, bahkan kami ingin ikut bekerjasama untuk memperkuat kemampuan analisa intelijen para pejabat militer kami dalam mencegah ancaman ISIS,” ujar Moeldoko, sebagaimana dilansir the Washington Times, Jumat (19/12/2014).
Meski demikian, Moeldoko menolak untuk memberikan rincian program gugus tugas tersebut. Moeldoko menyatakan hal tersebut beberapa jam setelah melakukan kunjungan ke Pentagon pada Selasa (16/12/2014) lalu, yang merupakan agenda terakhir dalam rangkaian pertemuan dengan pejabat militer AS. Kunjungan tersebut menunjukkan keinginan Indonesia untuk mempererat hubungan militernya dengan Amerika Serikat.
Islamic State menjadi topik dominan yang dibahas dalam pertemuan kedua negara, terutama karena para pejabat TNI di Jakarta mengaku memiliki informasi tentang sekitar 100 warga Indonesia yang telah melakukan perjalanan ke Timur Tengah untuk bergabung dengan Islamic State
Moeldoko juga mengatakan bahwa ancaman yang hadir saat ini dapat menjadi kesempatan bagi hubungan militer Indonesia-AS untuk meluaskan kerjasama, menghapus segala kesalahpahaman dimana Washington pernah memotong semua bentuk bantuan militer kepada Jakarta karena kasus pelanggaran HAM oleh militer Indonesia pada akhir tahun 1900-an.
Hubungan militer kedua negara kemudian pulih kembali pada tahun 2000, dan Moeldoko mengatakan dirinya bangga dengan kemajuan yang dibuat oleh militer Indonesia dalam menghadapi pelanggaran HAM masa lalu.
“Indonesia dan Amerika Serikat berbagi kepentingan yang sama berdasarkan keamanan kawasan, dan tentunya juga masalah ISIS,” ujar Moeldoko. Moeldoko mengatakan kedua negara memiliki hubungan militer-militer yang kuat dan dapat dikembangkan. [AW/dtk]