WASHINGTON (Panjimas.com) – Para pejabat keamanan Amerika Serikat (AS) mulai panik dengan ketidakberhasilan mereka menahan laju perkembangan Islamic State (IS) dan kelompok mujahidin lainnya yang ada diseluruh dunia.
Badan Penyelidik Federal (FBI) menuding Apple dan Google membantu gerakan para jihadis. Pejabat senior FBI, Michael Steinbach menuduh dua perusahaan teknologi itu membantu Islamic State (IS) dan kelompok jihadis lainnya, dengan menawarkan komunikasi enkripsi. Steinbach menyampaikan tudingan itu dalam House Homeland Security Committee di Kongres AS.
Dikutip The Register, pada Jum’at (5/6/2015) di depan komite Kongres AS, Steinbach yang menjabat sebagai asisten Direktur Divisi Kontraterorisme FBI mengatakan jika IS dan kelompok jihadis lainnya menggunakan teknologi enkripsi yang tersedia secara komersil untuk menyamarkan aktivitas mereka. Dengan komunikasi enkripsi itu, kelompok jihadis bisa tak terlacak oleh upaya penegakan hukum.
“Perhatian FBI sejauh ini, perusahaan swasta harus membangun solusi teknologi untuk mencegah enkripsi di atas semua yang lain,” ujarnya seperti dikutip dalam laporan The Washington Post.
Sejak komunikasi enkripsi ditawarkan secara komersil dengan berbagai opsi oleh perusahaan teknologi, FBI telah mengeluhkannya. Sebab enkripsi telah menjadi halangan bagi penegakan hukum di AS, baik untuk menjerat orang asing maupun warga AS sendiri.
Steinbach beralasan, FBI hanya menginginkan perusahaan teknologi agar mau bekerja sama dengan mereka maupun lembaga penegak hukum saat dibutuhkan.
“Privasi di atas semua hal lain, termasuk keamanan dan kebebasan dari terorisme, bukan tujuan kami. Kami tak mencari melalui back door dan menjadi jahat,” ujarnya.
Dibanding untuk meminta akses back door, FBI mengaku lebih menginginkan front door, sebuah sistem yang memungkinkan FBI untuk merusak enkripsi yang diciptakan oleh perusahaan AS itu.
Gagasan agar penegakan hukum di AS diberikan akses ke komunikasi enkripsi bukanlah hal yang baru. Tercatat sejak 1990-an, para pelaku industri teknologi telah melawan gagasan tersebut. Sementara penolakan industri IT itu berlawanan dengan keinginan komunitas intelijen. [GA/viva/okz]