ANSBACH, (Panjimas.com) – Pria asal Suriah, pelaku serangan Bom Ansbach di Jerman selatan yang melukai setidaknya 15 orang, dilaporkan telah berbai’at [menyatakan kesetiannya] kepada Islamic State (IS) dalam sebuah video yang ditemukan di telepon genggamnya, demikian penyataan Menteri Dalam Negari Bavaria, Joachim Hermann pada hari Senin (25/07/2016), dilansir oleh Reuters.
“Sebuah terjemahan sementara oleh seorang intepreter, menunjukkan bahwa ia secara tegas mengumumkan, Atas nama Allah, dan Ia bersaksi menyatakan kesetiaannya kepada [Pemimpin Islamic State (IS)] Abu Bakr al-Baghdadi … Ini merupakan aksi balas dendam melawan Jerman, ” kata Joachim Herrmann dalam konferensi pers.
“Saya pikir bahwa setelah video ini tidak ada keraguan lagi bahwa serangan [Ansbach] itu adalah serangan teroris dengan latar belakang Islam.”
Islamic State (IS) mengaku bertanggung jawab atas serangan itu, demikian menurut laporan Amaq News Agency, kantor berita yang mendukung Islamic State (IS).
Kepala Kepolisian Nuremberg, Roman Fertinger mengatakan pengaruh Islamic State (IS) bisa dilihat di komputer pelaku serangan bom Ansbach.
“Ditemukan pula sebuah laptop yang menunjukkan gambar-gambar dan urutan-urutan cuplikan film yang memuliakan aksi-aksi Islamic State (IS),” kata Fertinger dalam konferensi pers.
Serangan bom pada hari Ahad, (24/07), di luar sebuah festival musik di Ansbach. Ansbach adalah sebuah kota kecil berpenduduk sekitar 40.000 orang di bagian barat daya Nuremberg yang juga merupakan daerah basis pangkalan Angkatan Darat AS.
Pria berusia 27 tahun itu tiba di Jerman dua tahun lalu dan mengklaim suaka, kata seorang juru bicara Kementerian Dalam Negeri federal. Dia telah berurusan dengan polisi berulang kali untuk masalah obat-obatan dan pelanggaran lain dan ia juga telah menghadapi kemungkinan di-deportasi ke Bulgaria.
Fertinger menambahkan bahwa polisi telah menangkap seorang tersangka yang tahu tentang pelaku bom Ansbach. Mereka mencoba untuk mencari tahu apakah penyerang mendapatkan bantuan ketika melakukan aksinya, apakah dalam membuat bom atau apakah bom itu meledak sebelum waktunya, sehingga dapat membunuh orang sebanyak mungkin.
Insiden ledakan bom di Ansbach ini tentunya akan memicu berkembangnya kegelisahan bagi masyarakat Jerman, terutama dengan kebijakan pintu terbuka bagi pengungsi daerah Konflik oleh Kanselir Angela Merkel, di mana lebih dari satu juta imigran telah memasuki Jerman selama tahun 2015, banyak dari para pengungsi merupakan warga yang melarikan diri dari peperangan di Afghanistan, Suriah dan Irak.
“Ini mengerikan … bahwa seseorang yang datang ke negara kami untuk mencari perlindungan, kini telah melakukan perbuatan keji tersebut dan melukai sejumlah besar orang-orang yang berada di sini [Jerman], beberapa mengalami luka serius,” kata Menteri Dalam Negeri Bavaria, Joachim Herrmann, kepada wartawan saat mengadakan konferensi pers pada Senin pagi (25/07).
“Ini merupakan serangan mengerikan lanjutan yang akan meningkatkan kekhawatiran keamanan bagi warga negara kami. Kami [Pemerintah] harus melakukan segala kemungkinan untuk mencegah penyebaran kekerasan seperti ini di negara kami oleh orang-orang yang datang ke sini untuk meminta suaka,” kata Hermann.
Menteri Dalam Negeri Federal, Thomas de Maiziere mengatakan “belum ada keputusan yang akan dibuat terkait perubahan aturan tentang suaka atau imigrasi sampai penyelidikan insiden terbaru ini selesai.
“Tentu saja saya akan memulai perubahan yang sesuai, jika itu diperlukan atau jika saya pikir itu perlu, tetapi hanya itu,” kata de Maiziere.
Otoritas Keamanan Federal dan Negara Bagian Jerman memiliki data lebih dari 400 orang yang diduga terkait pada pejuang atau anggota organisasi-organisasi Islam di kalangan pengungsi di negara itu, kata Kepolisian Federal BKA.
Pelaku Akan Di-deportasi Ke Bulgaria
Pejabat Jerman mengatakan bahwa pria Suriah pelaku bom Ansbach sedang menghadapi keputusan deportasi ke Bulgaria.
“Pengungsi asal Suriah tidak dapat dideportasi pada saat ini ke Suriah, tapi itu tidak berarti bahwa seluruh pengungsi Suriah secara keseluruhan tidak dapat dideportasi,” kata Tobias Plat dalam konferensi pers reguler pemerintah.
“Pria asal Suriah pelaku bom di Ansbach sedang menghadapi deportasi dan ia akan dideportasi ke Bulgaria,” katanya.
SMendagri Bavaria : Pelaku Serangan Bom Ansbach Telah Berba’ait Kepada Islamic State (IS)eorang juru bicara pemerintah mengatakan dalam konferensi pers yang sama bahwa itu terlalu dini untuk memutuskan perubahan kebijakan pengungsi Jerman sebelum hasil penyelidikan serangan diterbitkan.
“Tindakan beberapa minggu dan hari-hari terakhir ini tidak menunjukkan pola yang seragam [sama],” kata Ulrike Demmer. “Kebanyakan teroris yang melakukan serangan di Eropa selama beberapa bulan terakhir bukanlah pengungsi.”
Tiga Kasus Lain
Joachim Herrmann mengatakan pria asal Suriah itu tampaknya telah ditolak masuk ke dalam festival musik Ansbach [Ansbach Open music Festival] sesaat sebelum ledakan terjadi. Berdasarkan pantauan di lapangan, ledakan itu terjadi di luar sebuah restoran bernama Eugens Weinstube.
Lebih dari 2.000 orang kemudian telah diungsikan dari festival musik Ansbach setelah ledakan terjadi, kata polisi. Sebuah area yang luas di sekitar lokasi ledakan tetap diblokir beberapa jam kemudian.
Herrmann mengatakan kepada Reuters bahwa serangan baru-baru ini telah menimbulkan pertanyaan serius tentang hukum suaka di Jerman dan tentang keamanan nasional. Ia berencana untuk memperkenalkan langkah-langkah terbaru pada pertemuan pemerintah konservatif Bavaria pada Selasa (26/07) untuk memperkuat pasukan polisi, sebagian dengan memastikan mereka memiliki peralatan-peralatan yang memadai.
Kesaksian Penduduk Ansbach
Warga Ansbach, Thomas Debinski mengatakan bahwa orang-orang panik ketika mereka mendengar ledakan, terutama setelah peristiwa seminggu terakhir.
“Tiba-tiba Anda mendengar ledakan keras, bang!! benar-benar keras suaranya, itu seperti suara bom meledak, pastilah ledakan,” kata Thomas. “(Orang-orang) pasti panik.”
Debinski mengatakan sesuatu segera menjadi jelas bahwa seseorang telah memicu ledakan bom di sebuah ransel.
“Setelah apa yang baru saja terjadi di Munich, dan hari ini di Reutlingen, apa yang Anda dengar tentang itu sangatlah mengganggu, ketika Anda tahu bahwa hal seperti itu bisa terjadi begitu dekat dengan Anda, di sebuah kota kecil seperti Ansbach,” kata Debinski.
Serangan Ansbach ini adalah insiden kekerasan kedua terhadap warga sipil Jerman pada hari Minggu (24/07) dan yang keempat selama sepekan terakhir, termasuk serangan di pusat perbelanjaan Olympia oleh pemuda Jerman-Iran berusia 18 tahun di kota Munich hari Jumat (22/07).
Sebelumnya pada hari Minggu pagi (24/07), seorang pengungsi Suriah berusia 21 tahun ditangkap setelah ia diduga membunuh seorang wanita hamil dan melukai dua orang lainnya menggunakan parang di wilayah barat daya kota Reutlingen, dekat kota Stuttgart.
Sebagaimana diberitakan panjimas sebelumnya bahwa, seorang pria asal Pakistan dengan menggunakan kapak telah melukai lima orang di dekat Wuerzbuerg, 4 diantaranya wisatwan Hongkong juga di wilayah Jerman selatan, sebelum kemudian ia ditembak mati oleh petugas polisi seminggu yang lalu.
Islamic State (IS) telah mengklaim kelompoknya bertanggung jawab atas serangan kapak pada tanggal 18 Juli di Wuerzbuerg. Kelompok ini juga mengaku bertanggung jawab atas serangan 14 Juli Perancis, di mana seorang pria Tunisia melaju dengan truk pada perayaan Bastille Day di kota Riviera, Nice, Perancis. [IZ]