YOGYAKARTA (Panjimas.com) – Masjid yang selalu menjadi perbincangan, Masjid Jogokariyan Yogyakarta kembali menyuguhkan program keumatan. Menyongsong Hari Raya Idul Adha 1442 H yang akan datang, Masjid yang dibangun pada tahun 1966 tersebut memiliki cara khasnya dalam proses penyembelihan hingga pelayanan. Ada 7 fakta yang dipaparkan melalui akun twitter resmi @jogokariyan, Sabtu (10/7/2021).
Disebutkan pada butir fakta yang pertama, Masjid Jogokariyan dalam proses penyembelihannya dilakukan secara syar’i, cepat dan profesional. Dengan kerjasama tim jagal dan remaja Masjid yang berpengalaman membuat proses penyembelihan hewan qurban menjadi cepat, faktanya biasanya penyembelihan 44an sapi dan puluhan kambing selesai pukul 11.00 pagi.
“Tim penyembelihan juga siap lho kalau Masjid kamu mau ngadain pelatihan penyembelihan,” tulisnya.
Fakta kedua, Masjid Jogokariyan mempunyai tim pemburu sapi. Pencarian sapi dilakukan dua bulan sebelum Idul Adha di daerah dusun-dusun lereng Gunung Merapi dan Merbabu, dan di petani-petani di desa sekitar DIY oleh tim khusus pemburu sapi yang berjalan dengan SOP.
Dalam proses pencarian sapi tersebut, tim pemburu mempertimbangkan beberapa hal seperti cek fisik sapi yang dipastikan sehat, tidak cacat, umur 2,5 tahun yang ditandai dengan gigi tanggal (powel), melakukan transaksi pembayaran. Setelah sah, sapi kemudian diberi suntikan vit B1 dan OC (Obat Cacing), kemudian dibawa ke Masjid Jogokariyan.
Fakta ketiga, dengan ditunjang kemampuan teknologi, Masjid Jogokariyan melakukan monitoring digital sampai proses distribusi atau pembagian. Panitia melakukan progress laporan yang ditampilkan di monitor dashboard sehingga setiap pergerakan daging dari mulai di sembelih sampai distribusi dapat terlihat, panitia juga dibekali aplikasi untuk tracking.
“Panitia juga bisa membantu bagian mana yang lama prosesnya dan menghambat sehingga dapat ditindaklanjuti,” tulisnya.
Fakta keempat cukup menarik, pada umumnya sebuah Masjid tak lebih dari 1000 warga penerima daging qurban, namun Masjid Jogokariyan dengan menyembelih sekitar 44 ekor sapi, kemudian menyalurkannya hingga 4000 warga. Angka sebesar itu dikatakan masih kurang.
“Jumlah daging jika dibagi kepada 3500 warga / 400 KK yang terdiri dari 4 RW dan 18 RT masih kurang. Ditambah beberapa Masjid binaan di desa-desa terpencil. Karena rata-rata per jiwa hanya akan menerima 7,5 ons saja.” tulisnya.
Dalam proses distribusinya, daging untuk jamaah akan diantar sampai rumah masing-masing sehingga tidak ada antrian pengambilan daging di masjid. Langkah itu juga dapat dikatakan sangat tepat dengan kondisi pandemi covid-19. Antri dalam penerimaan daging justru berpotensi menimbulkan kerumunan yang melanggar protokol kesehatan.
Fakta kelima, saat proses penyembelihan, Masjid Jogokariyan menggunakan alat khusus yaitu Restraining Box atau Killing box. Dengan alat tersebut, dapat meminimalkan resiko luka sekaligus memudahkan saat merobohkan sapi yang Super dan sapi Super Dupeer seberat 500 Kg sampai 1 ton. Dengan Killing box tersebut, tak membutuhkan tenaga atau jagal banyak, dan rim lain bisa melakukan penyembelihan sapi yang lain dalam waktu bersamaan.
Fakta keenam, untuk melaksanakan penyembelihan 44an ekor sapi dan puluhan ekor kambing, tercatat lebih dari 500 orang dilibatkan sebagai panitia dan relawab yang terdaftar dalam kepanitiaan Idul Adha, kemudian dibagi sesuai tugasnya masing-masing.
“Alokasi panitia paling banyak terdapat pada pemotongan dan pembungkusan daging. Sehingga biasanya setelah sholat ashar proses distribusi juga sudah selesai. Daging lebih segar dan lebih enak pastinya,” tulisnya.
Fakta terakhir yang tak kalah menarik, pembayaran sohibul sapi sampai dengan malam takbiran. Hal itu dikarenakan Masjid Jogokariyan telah membelikan sapi yang akan disembelih sejak awal. Sehingga langkah tersebut memudahkan para sohibul qurban
“Jadi ibaratnya sapi kamu sudah tersedia di Masjid Jogokariyan jauh sebelum kamu membayarkannya ke Masjid Jogokariyan,” tulisnya.