KAIRO (Panjimas.com) – Perjuangan yang tak kenal menyerah dan serangan roket dari para pejuang Palestina di Gaza, khususnya gerakan perlawan Hamaskearah pusat penerbangan ibukota Zionis “Yahudi” Israel, Tel Aviv membuat Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (Menlu AS) John Kerry mulai khawatir.
Selasa (22/7/2014), Kerry mengatakan kepada Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bahwa larangan AS mengenai penerbangan ke negara penjajah Zionis Israel itu adalah semata-mata karena masalah keselamatan warga negaranya.
Kerry yang saat ini berada di Kairo untuk menengahi gencatan senjata dalam konflik Gaza mengatakan kepada Netanyahu melalui telepon bahwa otoritas AS akan meninjau perintah itu dalam waktu sehari, kata Juru Bicara Departemen Luar Negeri (Deplu) Jen Psaki.
“Pemberitahuan itu dikeluarkan untuk melindungi warga negara Amerika dan pesawat-pesawat Amerika Serikat,” kata Psaki di ibu kota Mesir. “Satu-satunya pertimbangan dalam mengeluarkan pemberitahuan adalah keselamatan dan keamanan warga negara kita,” tambahnya, seperti dikutip AFP.
…Pemberitahuan itu dikeluarkan untuk melindungi warga negara Amerika dan pesawat-pesawat Amerika Serikat…
“Badan Penerbangan Federal AS terus memantau dan mengevaluasi situasi, dan akan mengeluarkan pembaruan pedoman selambat-lambatnya 24 jam dari waktu itu (pemberitahuan) mulai berlaku,” ujarnya.
AS melarang pesawat-pesawat AS untuk terbang ke Bandara Tel Aviv Ben Gurion selama 24 jam setelah sebuah roket dari Jalur Gaza yang dikuasai Hamas mendarat dekat pusat penerbangan itu. Operator besar Eropa juga menangguhkan layanan ke gerbang internasional utama Israel itu selama minimal 24 jam, semua mengacu pada masalah keamanan.
Sebelumnya di Washington, wakil juru bicara Deplu Marie Harf membantah bahwa langkah tersebut adalah taktik yang bertujuan untuk menekan Israel untuk menerima gencatan senjata dalam konflik dua pekan itu. Pembantaian yang dilakukan oleh Zionis Israel sejak awal Ramadhan 1435 itu mengakibatkan lebih dari 631 warga Gaza menemui syahid –insya Allah- dan menewaskan 29 warga serta tentara Israel. [GA/antara]