SOLO, (Panjimas.com) – Sedih, ketidaktahuan dibanggakan. Syariat Islam dikerdilkan hanya pada simbol cadar. Itu pernyataan mengerikan. Mengaku tak tahu, tapi membandingkan.
Begitulah ungkapan Afifah Afra seorang sastrawan atau pegiat literasi saat mengetahui Islam kembali dilecehkan yang kali ini melalui pembacaan puisi oleh Sukmawati Sukarnoputri.
Afifah Afra menambahkan, kurang bijak jika harus membandingkan antara nilai-nilai kebudayaan dengan syariat Islam.
“Sebenarnya, konde, kidung dan syariat Islam tidak dalam posisi bermusuhan. Sebagian ajaran Islam bahkan disebarkan Walisongo dengan kidung-kidung yang indah.” Ujar Ketua Umum Forum Lingkar Pena, sebuah organisasi kepenulisan yang anggotanya mencapai ribuan baik di Indonesia dan bebarapa Negara lain. Selasa, (3/4).
Jika alasan puisi tersebut dibuat karena sebuah karya seni sastra dan ungkapan perasaan terkait persoalan sosial, Afifah Afra juga kurang sependapat.
“Semua orang boleh saja berpuisi, tetapi tentunya tidak harus mengusik dan merendahkan orang lain atau sebuah keyakinan.” Ujar penulis yang sudah menelorkan 50 lebih judul buku tersebut.
Belajarlah syariat Islam, renungi keindahan dan kesuciannya. Dan jujurlah dengan apa yang didapatkan. [RN]