JAKARTA, (Panjimas.com) — Ekonom Faisal Basri turut angkat bicara menyoal utang Indonesia yang jumlahnya semakin tinggi. Menurutnya, kenaikan utang ini tak hanya disebabkan oleh pembangunan infrastruktur secara besar-besaran di Indonesia.
Faisal Basri mengkritik Menko Perekonomian Darmin Nasution yang menyatakan Indonesia harus berutang, jika tidak utang maka pembangunan infrastruktur akan lambat. Baginya, pernyataan ini tak tepat karena sesuai dengan datanya, utang Indonesia paling banyak digunakan untuk hal lain.
“Ada untuk belanja infrastruktur, tapi tidak yang paling besar. Jadi tidak benar jika utang digunakan seluruhnya untuk infrastruktur,” pungkasnya saat menghadiri seminar dan launching tagar 2019PilpresCeria di Surabaya, Senin (17/09).
Faisal Basri menuturkan, utang Indonesia paling banyak digunakan untuk membayar bunga dari utang yang lalu. Data kenaikan untuk utang yang digunakan membayar bunga hutang pun naik 6% yakni dari 11,1% menjadi 17,1%.
“Karena utang sudah dipakai untuk kita bayar utang lagi,” jelasnya.
Sementara itu. dari data yang ada, presentase utang yang digunakan untuk belanja infrastruktur justru hanya mengalami kenaikan sebesar 1%, naik dari 12,2% menjadi 13,2%.
Oleh karena itu, Faisal mengajak seluruh masyarakat agar menyikapi dengan kritis terkait pernyataan sejumlah tokoh. Ia mengimbau masyarakat tak langsung percaya namun memeriksa terlebih dahulu datanya.
“Ayo kita sikapi dengan kritis kembali ke data. Jangan percaya apa kata orang dan kembali ke data-data, ini harus hati-hati. Karena sekarang banyak dimanipulasi oleh pihak-pihak tertentu,” tandas Faisal, dikutip dari detikcom.[IZ]