SURABAYA (Panjimas.com) – Innalillahi wainna ilaihi roji’un. Drama kolosal Surabaya Membara di Tugu Pahlawan Surabaya, Jawa Timur, pada Jumat malam, 9 November 2018, berakhir tragis di viaduk lintasan kereta api. Tiga orang dinyakan meninggal dunia dan delapan orang mengalami luka-luka.
Tiga korban meninggal dunia itu ialah Erikawati (9 tahun), warga Jalan Kalimas Baru; Helmi Suryawijaya (13), warga Karang Tembok; dan Bagus Ananda (17), warga Jalan Ikan Gurami. Erika dan Bagus meninggal karena terjatuh dari atas viaduk atau jembatan rel kereta api, sementara Helmi meninggal terlindas kereta. Delapan orang lainnya luka-luka.
Drama Surabaya Membara memang rutin digelar setahun sekali di Tugu Pahlawan pada malam menjelang peringatan Hari Pahlawan, 10 November 2018. Drama itu dimainkan oleh para seniman di Surabaya. Untuk tahun ini, figur yang ditonjolkan dalam drama ialah kepahlawanan Gubernur Suryo. Ciri khas dari drama kolosal ini ialah suara dentuman laksana bom dan desingan peluru, menggambarkan pertempuran antara arek-arek Suroboyo dulu melawan penjajah.
Seperti tahun sebelumnya, penonton drama ini ribuan. Begitu pula pada Jumat malam saat insiden terjadi. Jalan raya sisi timur Tugu Pahlawan disesaki penonton. Di viaduk atau jembatan lintasan rel kereta api yang membentang di atas jalan kawasan Tugu Pahlawan, penonton juga berdiri untuk menyaksikan drama dari atas.
Dari video yang tersebar di media sosial, terlihat bagaimana puluhan penonton terjebak di pinggir viaduk saat kereta lewat dan berjalan pelan-pelan. Tiba-tiba beberapa penonton terjatuh. Dua korban tewas masih remaja, bahkan, satu korban lagi terbilang bocah. Tentu saja orangtua dan keluarga korban terpukul dan sedih atas kejadian yang menimpa buah hati mereka.
Kereta api jurusan Sidoarjo-Bojonegoro itu berjalan dari Stasiun Semut, Pabean Cantikan, menuju Stasiun Pasar Turi, Kecamatan Bubutan. Karena jarak antar stasiun berdekatan, kereta berjalan pelan. Termasuk kala melintas di viaduk atau jembatan rel kereta yang membentang di dua sisi jalan kawasan Tugu Pahlawan.
Kereta api melintasi viaduk sekira pukul 19.45 WIB. Kala itu, drama bertema Gubernur Suryo itu siap-siap mulai. Sementara ribuan penonton sudah memadati lokasi, puluhan di antaranya duduk di atas viaduk. Ketika ada kereta mau lewat, penonton di atas viaduk berusaha menghindar di tepian.
Tiba-tiba, beberapa penonton terjatuh dari atas viaduk. Teriakan kepanikan pun menyeruak. “Sampai malam ini, berdasarkan pengecekan saya, ada tiga orang meninggal dunia dan delapan orang mengalami luka-luka,” kata Kepala Polrestabes Surabaya, Komisaris Besar Polisi Rudi Setiawan.
Dia mengatakan, berdasarkan keterangan saksi, mereka nekat menonton dari atas viaduk karena viewnya yang jelas. Karena katanya kalau di bawah ramai pengunjung,” tandas Rudi.
Rasa sedih itu tergambar dari raut wajah para orangtua dan anggota keluarga korban di Kamar Jenazah RSUD dr Soetomo Surabaya pada Sabtu dini hari, 10 November 2018. Awalnya, dua jenazah korban yang dibawa ke rumah sakit pelat merah itu. Yakni jenazah Erikawati (9 tahun), warga Kalimas Baru, dan jenazah yang beberapa jam kemudian diketahui bernama Helmi Suryawijaya (13), warga Karang Tembok.
Sekira pukul 02.00 WIB, satu ambulans tiba di RSUD dr Soetomo dengan membawa jenazah korban tewas ketiga, Bagus Ananda (17), warga Jalan Ikan Gurami. Korban awalnya dirawat di RS Soewandhie.
Sekira pukul 19.45 WIB, kereta jurusan Sidoarjo-Bojonegoro terlihat mendekat melaju pelan-pelan akan melintasi viaduk. Sama seperti penonton, Sahluki mengarahkan istri dan putrinya duduk di tepian viaduk agar tak terserempet badan kereta. Erikawati dirangkul dan didudukkan di tengah antara Sahluki dan Liana.
Saat kereta api lewat, penonton di viaduk berdesakan, berebut posisi agar tak terserempet badan si ular besi. Tiba-tiba kepanikan melanda. Sahluki dan istrinya terdorong hingga jatuh, sementara anaknya terlepas dari rangkulan.“Saya dan ibunya (sang istri) jatuh, anak saya terserempet (kereta api),” cerita Sahluki kepada wartawan di RSUD dr Soetomo.
Sekira pukul 00.48 WIB, keluarga membawa jenazah Erikawati untuk dimakamkan di rumah kakeknya di Bangkalan, Madura. Kepolisian masih menyelidiki insiden maut tersebut. Olah tempat kejadian perkara dan permintaan keterangan sejumlah saksi sudah dilakukan, termasuk keterangan dari pihak panitia penyelenggara. (des)