DOHA, (Panjimas.com) — Raja Arab Saudi, Salman bin Abdulaziz mengundang Emir Qatari Tamim bin Hamad Al Thani untuk menghadiri 39th Gulf Cooperation Council Summit di Saudi Arabia, Riyadh pada 9 Desember mendatang, Selasa (04/12).
Menurut laporan kantor berita Qatar, Qatar News Agency, Emir menerima undangan resmi dari Raja Salman.
Surat undangan itu disampaikan oleh Sekretaris Jenderal GCC Abdullatif al-Zayyani kepada Menteri Luar Negeri Qatar Soltan bin Saad al-Muraikhi, tulis QNA.
Blok enam negara negara-negara Teluk Arab yang kaya minyak, GCC terdiri dari Arab Saudi, Kuwait, Uni Emirat Arab, Oman, Bahrain dan Qatar.
Pada Juni tahun lalu, Arab Saudi, Mesir, Uni Emirat Arab dan Bahrain secara kolektif memutuskan hubungan dengan Doha, menuding negara itu mendukung terorisme, tuduhan yang dibantah oleh Qatar.
Krisis Teluk Rusak Stabilitas Regional
Awal November lalu, Emir Qatar, Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani, mengatakan bahwa memburuknya hubungan negara-negara Teluk menghalangi upaya untuk menyelesaikan masalah regional.
“Hubungan Teluk yang memburuk memperlemah kemampuan kami untuk menyelesaikan masalah regional,” pungkasnya dalam pidato di Dewan Syura Qatar.
“Keamanan dan stabilitas Teluk dan negara-negara Arab tidak akan tercapai dengan prasangka kedaulatan mereka,” tukasnya, dikutip dari Anadolu.
“Sejarah mengajarkan kita bahwa krisis akan berlalu”, imbunya.
Sheikh Tamim mengatakan kelanjutan krisis Teluk telah mengungkap “kegagalan Dewan Kerjasama Teluk (GCC) untuk mencapai tujuannya dan memenuhi aspirasi rakyat kami”.
Blok enam negara negara-negara Teluk Arab yang kaya minyak, GCC terdiri dari Arab Saudi, Kuwait, Uni Emirat Arab, Oman, Bahrain dan Qatar.
Pada Juni tahun 2017, Arab Saudi, Mesir, Uni Emirat Arab dan Bahrain secara kolektif memutuskan hubungan dengan Doha, menuduh Qatar mendukung terorisme.
Poros yang dipimpin Saudi juga memberlakukan embargo udara / darat / laut di Qatar, sementara Doha terus membantah tuduhan teror itu.
Dalam pidatonya, Emir Qatar menguraikan pencapaian ekonomi negaranya selama tahun lalu.
Dia mengatakan mata uang Qatar telah mempertahankan nilainya sejak awal krisis Teluk.
“Ekspor kami telah tumbuh sebesar 18 persen tahun lalu,” tandasnya, sambil menekankan bahwa Doha akan terus mengembangkan industri minyak dan gasnya karena ingin mempertahankan statusnya sebagai eksportir gas alam cair teratas dunia.
Tahun lalu, Qatar mengumumkan rencana untuk meningkatkan produksi gas alam cairnya menjadi 100 juta ton dalam tujuh tahun ke depan, naik dari 80 juta ton saat ini.[IZ]