SOLO (Panjimas.com) – Mantan aktivis gereja, ustadzah Dewi Purnamawati mengingatkan kaum muslimin agar tidak ikut merayakan atau mengucapkan selamat hari Natal bagi kaum nasrani yang jatuh setiap tanggal 25 Desember.
Ustadzah Dewi menjelaskan bahaya-bahaya yang ditimbulkan jika seorang muslim turut mengucapkan selamat Natal. Ia menukil dari sebuah hadits tentang tasyabuh.
Dari Ibn Umar beliau berkata, “Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
‘Barangsiapa menyerupai suatu kaum maka ia termasuk bagian dari mereka” (HR Abu Dawud, hasan)
“Muslim mengikut budaya Natal, budayanya Nasrani maka termasuk bagian dari Nasrani.
Mau mengikuti mereka menghuni Jahannam kekal?” katanya pada Kamis (23/12/2020).
Bagi Ustadzah Dewi, pengetahuannya tentang peringatan hari Natal tidak ia dapatkan selama belasan tahun sebelum masuk Islam, aktivitasnya mempelajari dan menyebarluaskan ajarannya sebagaimana dilakukan aktivis gereja pada umumnya. Hal itulah yang menjadikannya memahami makna dari ajaran kristiani.
“Natal artinya kelahiran, bagi orang Nasrani, Natal adalah perayaan kelahiran anak Tuhan bahkan Tuhan sang Penebus Dosa. Muslim yang mengucap Selamat Natal berarti menyelisihi QS Al Ikhlas ayat 3, Lam Yalid walam yuulad. Allah tidak beranak & tidak diperanakkan,” terangnya
“Menyelisihi satu ayat saja dalam Al Qur’an sudah termasuk kafir,” sambungnya.
Perbuatan tersebut menurutnya menyebabkan seseorang keluar dari keislamannya.
“Mengingkari “Laa Ilaha illallah” berarti murtad,” katanya.
Sebagian orang ikut mengucapkan selamat natal dengan berbagai kepentingan, namun jika seseorang mengucapkan selamat natal, menurutnya sama halnya menganggap sebuah kebenaran agama selain islam yang harus dihindari oleh setiap ummat islam.
“Mengucap Selamat Natal berarti mengakui, mendukung, menyambut kemungkaran karenanya. Dengan dalih apapun, jangnlah tolong menolong dalam kemungkaran
Dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran,”
Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.” (QS. Al Maidah: 2).
Perjalanan hidup ustadzah Dewi yang penuh ujian keimanan ketika masuk Islam. Ia ingin berpesan kepada saudara muslim agar senantiasa menghindari kegiatan atau perilaku yang dapat menyebabkan kerugian, sebaliknya pendiriannya yang teguh, mengajak ummat Islam berperan aktif menyebarkan nilai Islam yang mendatangkan rahmat dan ridho Allah Subhanahu wa ta’ala.
“Lebih baik disayang Allah meski dibenci manusia daripada mencari ridho manusia tapi dibenci Allah. Ingat disayang Allah hadiah surga. Nggak mau???” pungkasnya.[RN]