GOWA (Panjimas.com) — Kabupaten Gowa di Sulawesi Selatan dalam dua hari terakhir ditimpa musibah. Paling luas dampaknya ialah banjir bandang yang menerjang dari Bendungan Bili-Bili, bendungan terbesar di provinsi tersebut. Beberapa jembatan hancur dan memutus akses antar wilayah.
Tak hanya banjir, tanah longsor juga terjadi di beberapa titik di Gowa. Longsor terjadi akibat hujan dalam intensitas yang tinggi mengguyur dalam dua hari belakangan. Titik longsor antara lain ada di Desa Lonjoboko di Kecamatan Parangloe, Desa Datara, Tompobulu, Bilanrengi, juga Desa Parigi. Kemudian ada Desa Bili-bili di Kecamatan Bontomarannu, dan yang paling parah menerjang Desa Pattallikang di Kecamatan Manuju.
Berdasarkan laporan relawan Aksi Cepat Tanggap (ACT) yang bertugas di Gowa, terdapat satu dusun di Desa Pattallikang yang terkubur, yakni Dusun Pattiro. Beberapa orang diperkirakan masih hilang dan beberapa lainnya dinyatakan meninggal dunia. Sejauh ini total korban jiwa yang tercatat Tim ACT di Sulsel berjumlah 26 orang, gabungan dari korban banjir dan longsor.
Tim Emergency Response ACT Sulsel Nur Ali Akbar mengatakan, Tim ACT akan menuju lokasi tanah longsor tersebut. Saat ini sedang dilakukan perencanaan serta persiapan. “Ini lokasinya di Sapaya, di pelosok, jarak tempuh kurang lebih 80 kilometer dari kota Gowa,” ungkapnya, Rabu (23/1).
Hingga Rabu (23/1) Tim Relawan ACT yang diturunkan untuk merespons banjir dan longsor di Sulawesi Selatan, sudah mencapai 51 personel. Mereka dibagi dalam dua wilayah, yaitu Makassar dan Gowa. Mereka terbagi dalam tugas evakuasi, medis, logistik, hingga pendataan. Sedangkan empat posko telah berdiri di beberapa titik.
Sementara itu, sampai laporan ini diunggah, Pemerintah Kabupaten Gowa mengumumkan, jika korban meninggal akibat banjir bandang ini sudah mencapai enam orang. Mereka berasal dari berbagai kecamatan yang terdampak, mengingat luasnya dampak banjir ini. Selain Gowa dan Makassar, banjir ini juga merendam Maros, Pangkep, Barru hingga Jeneponto. [des/**]