• About Us
  • Archives
  • Blog
  • Contact
  • Copyright
  • Disclaimer
  • Donation
  • Full Width Page
  • Home
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
No Result
View All Result
Panjimas
Advertisement
  • NEWS
    • Nasional
    • Internasional
  • ISLAMIA
    • Aqidah
    • Kuliah Akhlaq
    • Doa & Zikir
    • Fiqih
    • Khutbah
    • Sirah Nabi
    • Thibbun Nabawi
  • INSPIRASI
    • Salafus Shalih
    • Tokoh
    • Muallaf
    • Miracle
      • Mukjizat Qur’an
      • Keajaiban Sunnah
      • Karomah Syuhada
  • NAHIMUNKAR
    • Aliran Sesat & TBC
    • Kristenisasi & Pemurtadan
    • SEPILIS
    • Konspirasi
  • PARENTING
    • Muslimah
    • Remaja
  • Citizens
    • Opini
    • Suara Pembaca
    • Silaturrahim
    • Agenda Umat
  • PANJIMART
    • Properti
    • Produk Digital
    • Rupa-Rupa
    • Resensi Buku
  • GALERI
    • Photo
    • Video
  • SOLIDARITAS
    • Panjimas Care
    • Filantropi
  • NEWS
    • Nasional
    • Internasional
  • ISLAMIA
    • Aqidah
    • Kuliah Akhlaq
    • Doa & Zikir
    • Fiqih
    • Khutbah
    • Sirah Nabi
    • Thibbun Nabawi
  • INSPIRASI
    • Salafus Shalih
    • Tokoh
    • Muallaf
    • Miracle
      • Mukjizat Qur’an
      • Keajaiban Sunnah
      • Karomah Syuhada
  • NAHIMUNKAR
    • Aliran Sesat & TBC
    • Kristenisasi & Pemurtadan
    • SEPILIS
    • Konspirasi
  • PARENTING
    • Muslimah
    • Remaja
  • Citizens
    • Opini
    • Suara Pembaca
    • Silaturrahim
    • Agenda Umat
  • PANJIMART
    • Properti
    • Produk Digital
    • Rupa-Rupa
    • Resensi Buku
  • GALERI
    • Photo
    • Video
  • SOLIDARITAS
    • Panjimas Care
    • Filantropi
No Result
View All Result
Panjimas
No Result
View All Result
Home CITIZENS

Membedah Struktur Otak LGBT yang Meninggal

15 Feb 2016
in CITIZENS, Opini, Suara Pembaca
Reading Time: 5 mins read
A A
Membedah Struktur Otak LGBT yang Meninggal
259
SHARES
24
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

Membedah Struktur Otak LGBT yang Meninggal

Oleh Ihshan Gumilar
Peneliti Psikologi Syaraf (Neuropsychology)

PANJIMAS.COM – Dalam sebuah pemberitaan yang dilansir oleh BBC Indonesia berjudul ‘Bisakah Anda menyembuhkan LGBT?’ dan juga Kompas.com berjudul ‘Ahli Neurologi: Variasi Struktur Otak Pengaruhi Adanya LGBT’, berdasarkan narasumber seorang ahli bedah syaraf Indonesia Dr. Roslan Yusni Hassan (Ryu Hassan) mengatakan, lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT) itu bukanlah sebuah penyakit. Lebih jauh lagi bahwa orientasi seks terhadap sesama jenis adalah sebuah perbedaan biasa di dalam hidup. Hal ini disebabkan karena para LGBT mempunyai struktur otak yang berbeda dari orang yang nonhomoseksual.

Tidak ada yang bisa “mengotak-atik” struktur otak. Dengan kata lain jika struktur otak LGBT berbeda dengan yang non-LGBT maka hal ini adalah sesuatu yang natural dan alamiah. Karena itulah yang sudah didesain oleh “pabrik” otaknya (baik dalam segi struktur maupun fungsi). Terimalah LGBT untuk menjadi dirinya sendiri, begitu ringkasan pernyataan Ryu Hassan.

Orang awam yang tidak pernah mempelajari otak atau bahkan tidak pernah melihat langsung otak manusia seperti apa, sebaiknya tidak menerima informasi tersebut tanpa sebuah filter. Karena filter yang terbaik itu adalah ilmu.

William James, seorang psikolog Amerika Serikat, adalah orang yang pertama kali mencetuskan ide bahwa otak itu bisa mengorganisasikan (merubah) dirinya sendiri. Hal itu dikenal untuk hari ini dalam ilmu yang mempelajari otak (neuroscience) dengan istilah neuroplasticity, sebuah istilah yang pertama kali dikenalkan oleh Jerzy Konorski, seorang neuroscientist asal Polandia pada 1948.

Neuroplasticity mendobrak kebuntuan pemikiran dunia kedokteran yang terkungkung dalam konsep yang salah tentang otak selama tiga abad: otak manusia berhenti berkembang pada umur tertentu. Penemuan konsep ini menyatakan, otak manusia berubah-ubah baik struktur maupun fungsinya sampai kapan pun tergantung dari pengalaman yang dilakukan. Pengalaman ini meliputi lingkungan, perilaku, pemikiran, persepsi, perasaan, emosi, dan bahkan kebiasaan berimajinasi sekalipun.

Otak tak ubahnya seperti plastik yang bisa berubah bentuk dan sangat fleksibel. Lalu apa yang menyebabkan perubahan tersebut? Jawabannya adalah perilaku dan pengalaman yang kita buat. Donald Hebb, psikolog asal Kanada, mengemukakan sebuah ungkapan yang terkenal, Neurons fire together, wire together (Syaraf yang aktif bersamaan, akan membentuk jaringan secara bersamaan pula).

Pemikiran, perasaan, orientasi seksual, persepsi, termasuk sensasi fisik yang dibayangkan, mengaktifkan ribuan syaraf secara bersamaan. Ketika sebuah pemikiran ataupun perasaan tersebut diulang terus menerus, maka ribuan syaraf tersebut akan membentuk dan menguatkan jaringan sistem syaraf yang unik untuk pemikiran atau perasaan tersebut.

Adanya konsep neuroplasticity ini menyampaikan bahwa perbedaan struktur otak tidak serta merta menyebabkan seseorang mempunyai orientasi seksual LGBT. Tetapi, kebiasaan, pengalaman, dan gaya hidup yang dibangunlah yang bisa mengubah struktur dan fungsi otak hingga menghasilkan orientasi dan perasaan intim terhadap sesama jenis.

Menyatakan dengan serta-merta bahwa LGBT disebabkan karena adanya faktor perbedaan dari struktur otak sangatlah naif dan hal itu tidak berdasarkan pemikiran yang mendalam dan komprehensif dengan mempertimbangkan penelitian yang mutakhir. Untuk bisa menyatakan sebab-akibat harus melakukan serangkaian penelitian eksperimen yang sudah teruji, baik dari segi validitas maupun reliabilitasnya.

Cara kerja sistem syaraf amatlah rumit. Perbedaan struktur maupun fungsi otak bisa berubah karena adanya sebuah pengalaman yang terus-menerus dilakukan. Adanya perbedaan struktur dan fungsi otak para LGBT bisa disebabkan karena lingkungan dan kebiasaan yang mereka lakukan; sebagai contoh, di mana dan dengan siapa mereka bergaul, mendiskusikan tentang seks, mempunyai pengalaman yang pahit karena dikecewakan oleh lawan jenis, dan kebiasaan berimajinasi dalam keintiman dengan sesama jenis.

Banyak publik tidak mengetahui bahwa gerakan LGBT untuk bisa diterima di masyarakat luas, sudah dimulai semenjak tahun 60-an. Memang benar bahwa homoseksual tidak lagi dicantumkan sebagai sebuah penyakit mental di dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-II) pada 1973. DSM adalah “Alquran”-nya para psikolog dan psikiater di seluruh dunia untuk menentukan kategorisasi penyakit-penyakit mental.

DSM selalu direvisi tiap beberapa tahun berdasarkan hasil penelitian yang valid. Pencabutan homoseksual dari DSM pada 1973, yang berdampak pada pandangan bahwa homoseksual bukan lagi sebagai penyakit jiwa, dilakukan bukan berdasarkan hasil penelitian. Tetapi, berdasarkan adanya desakan politik dan demonstrasi besar-besaran. Gerakan ini merupakan rentetan dari pergerakan hak kebebasan warga Amerika kulit hitam pada 1950-an.

Persamaan hak warga Amerika kulit hitam ini juga berimbas pada munculnya gerakan feminis dan juga aktivis gay yang mencapai puncaknya di Amerika pada 1970-an. Jika merujuk pada kacamata saintifik, pembenaran bahwa homoseksual bukan penyakit mental adalah bukan berdasarkan fakta dan data, tapi lebih berdasarkan gerakan politik.

Penelitian pertama kali tentang LGBT menurut kacamata neuroscience adalah dengan membandingkan volume (ukuran) otak orang yang normal dan homoseksual yang sudah meninggal. Hasil penelitian itu menunjukan adanya perbedaan antara ukuran otak orang nonhomoseksual dan homoseksual. Hasil penelitian ini dipublikasikan secara masif di berbagai media Barat pada saat itu.

Salah satu prinsip riset adalah harus bisa diuji ulang kembali (repeatable). Ketika penelitian itu ditelaah kembali, ditemukan bahwa ada sebuah tahapan awal yang tidak sama sebelum melakukan pembandingan. Untuk sampel yang homoseksual ditemukan bahwa ia telah mengidap HIV dalam kurun waktu yang cukup lama sebelum meninggal. Dengan tidak adanya sistem pertahanan (immune system) di dalam tubuh akibat serangan virus HIV, maka otaknya terinfeksi oleh virus lain yang menyebabkan mengecilnya ukuran otak orang tersebut.

Jadi, perbedaan volume otak itu bukanlah menjadi penyebab mempunyai orientasi homoseksual, tetapi disebabkan karena adanya faktor eksternal. Amat disayangkan bahwa hasil penelitian yang kedua ini tidak pernah terungkap ke publik karena dapat mengancam pergerakan LGBT.

Dalam sebuah penelitian ditemukan bahwa virus HIV pertama kali ditemukan pada pasangan gay yang melakukan hubungan seks melalui anus (rectum). Rectum merupakan tempat “pembuangan” terakhir (buang air besar) yang sangat kotor dan mengandung banyak bakteri. Adanya cairan sperma di dalam rectum dan bercampur dengan bakteri yang kotor maka hal ini menjadi awal mula virus HIV. Tetapi, berbagai kalangan mengatakan bahwa virus HIV ini berasal karena adanya hubungan seks antara orang Afrika dengan monyet.

Tentunya hal ini tak berdasar dan mencoba untuk mengalihkan isu agar homoseksual tidak diangkap sebagai sumber kedatangan virus HIV. Penyebaran HIV begitu cepat dan berimbas tidak hanya dikalangan kaum LGBT, tapi juga memakan korban ribuan bayi yang tak berdosa yang baru terlahir. Mereka tertular HIV semenjak masih di dalam rahim sang ibu. Pembenaran akan LGBT melalui sudut pandang neuroscience akan berdampak pada masalah lain yang lebih kompleks.

Mungkin keluarga kita akan menjadi korban di kemudian hari, berawal dari pembenaran bahwa struktur dan fungsi otak LGBT itu adalah alamiah. Selamatkan anak cucu kita dengan memberikan ruang yang lebih bagi keluarga heteroseksual bukan keluarga homoseksual.

Saya mengimbau bagi para ilmuwan dan para ahli di bidangnya masing-masing di negeri ini, seperti dokter ahli (bedah) syaraf, psikolog, psikiater, sosiolog, ahli hukum, dan lainnya. Gunakanlah ilmu Anda untuk kemaslahatan hidup orang banyak. Berikan informasi yang benar pada publik yang tidak pernah bersentuhan secara mendalam dengan dunia medis, psikologi, syaraf otak, dan bidang ilmu lainnya. Ilmu itu adalah amanah bukan anak panah yang dengan cepat bisa melesat dan melumpuhkan siapa saja.

Memberikan sebuah pernyataan bahwa LGBT adalah sebuah variasi dalam kehidupan manusia dan dibungkus atas nama ilmu pengetahuan adalah sebuah pelacuran intelektualitas dan pembodohan terhadap masyarakat awam yang tak mengenal sulitnya mempelajari otak manusia. Otak itu kecil, hanya sebesar genggaman tangan manusia. Tapi esensi kita sebagai manusia banyak tersimpan di dalam seonggok protein itu. Semakin dipelajari semakin sulit, begitulah otak.

Tapi, di dalam kesulitan itulah tersimpan berbagai hikmah yang bisa bermanfaat untuk seluruh umat manusia. Sebaik-baiknya manusia adalah orang yang bisa bermanfaat bagi yang lainnya, bukan yang bisa membodohi antarsesamanya. [AW/ROL]

Tags: gayheadlinesHIVhomolesbiotak LGBT
Share259TweetSend
Previous Post

IDC Beri Bantuan Empat Aktivis Islam Anti Miras Klaten, Korban Pengeroyokan Preman

Next Post

Ustadz Abu Imam Rumbara: Fitnah Radikal BNPT, Membahayakan Dakwah di Maluku

Next Post
Ustadz Abu Imam Rumbara: Fitnah Radikal BNPT, Membahayakan Dakwah di Maluku

Ustadz Abu Imam Rumbara: Fitnah Radikal BNPT, Membahayakan Dakwah di Maluku

Bentengi Pemurtadan, Dewan Dakwah Selengarakan Dauroh Tokoh Muallaf

Bentengi Pemurtadan, Dewan Dakwah Selengarakan Dauroh Tokoh Muallaf

Islamic State  Tembak  Jatuh  Jet  Tempur  Mig-23  Militer  Libya  di  Benghazi

Islamic State Tembak Jatuh Jet Tempur Mig-23 Militer Libya di Benghazi

  • Latest
  • Popular
Pengumuman Nomor Kontak Baru Redaksi Panjimas.com

Pengumuman Nomor Kontak Baru Redaksi Panjimas.com

8 Mar 2024
Sinead O’Connor Bangga Menjadi Muslim

Sinead O’Connor Bangga Menjadi Muslim

18 Mar 2024
Buka Kedai Babi di Pasar Malam Arabian, Mall Sukoharjo Nodai Bulan Suci

Buka Kedai Babi di Pasar Malam Arabian, Mall Sukoharjo Nodai Bulan Suci

1 Mar 2025
Kades di Colomadu Pertahankan Gudang Miras di Desanya Meski Diprotes Warga

Kades di Colomadu Pertahankan Gudang Miras di Desanya Meski Diprotes Warga

1 Mar 2025
Insiden Santri Dibakar, Ponpes Darusy Syahadah Mengecam Segala Bentuk Tindak Kekerasan

Insiden Santri Dibakar, Ponpes Darusy Syahadah Mengecam Segala Bentuk Tindak Kekerasan

17 Dec 2024
Dituduh Curi Ponsel, Santri Ponpes Darusy Syahadah Dibakar Seorang Tamu

Dituduh Curi Ponsel, Santri Ponpes Darusy Syahadah Dibakar Seorang Tamu

17 Dec 2024
Paguyuban Dengan Anggota Khusus Bernama “Sugeng” Gelar Baksos di Soloraya

Paguyuban Dengan Anggota Khusus Bernama “Sugeng” Gelar Baksos di Soloraya

23 Nov 2024
Aparat Diduga Lakukan Penyiksaan terhadap 2 Warga Solo, Keluarga Lapor ke Menteri HAM

Aparat Diduga Lakukan Penyiksaan terhadap 2 Warga Solo, Keluarga Lapor ke Menteri HAM

18 Nov 2024
Dukung MUI Surakarta, DSKS Nyatakan Menolak Mutlak Peredaran Miras di Kota Budaya

Dukung MUI Surakarta, DSKS Nyatakan Menolak Mutlak Peredaran Miras di Kota Budaya

29 Oct 2024
Membedah Struktur Otak LGBT yang Meninggal

Membedah Struktur Otak LGBT yang Meninggal

Kades di Colomadu Pertahankan Gudang Miras di Desanya Meski Diprotes Warga

Kades di Colomadu Pertahankan Gudang Miras di Desanya Meski Diprotes Warga

Hukumnya Menyediakan Makanan Pada Tukang/Pekerja yang Tidak Puasa

Hukumnya Menyediakan Makanan Pada Tukang/Pekerja yang Tidak Puasa

Benarkah 2 Juta Muslim Murtad Tiap Tahun?

Benarkah 2 Juta Muslim Murtad Tiap Tahun?

50 Ciri Gangguan Jin

50 Ciri Gangguan Jin

Inilah Kisah-kisah Keji & Tak Senonoh yang Melecehkan para Nabi dalam Kitab Suci Kristen

Inilah Kisah-kisah Keji & Tak Senonoh yang Melecehkan para Nabi dalam Kitab Suci Kristen

Penyaliban Firaun dan Yesus, Fakta atau Fiktif?

Nih Sejarahnya Kenapa Yesus Dianggap Tuhan

  • About Us
  • Contact
  • Disclaimer
  • Copyright
  • Donation
  • Pedoman Media Siber

Seluruh materi baik artikel, berita, foto, video maupun logo dalam situs Panjimas.com bebas copy untuk keperluan dakwah dan referensi non-komersial, dengan mencantumkan sumbernya (Panjimas.com).Anda bisa turut berdakwah dengan mengirimkan informasi, berita, artikel dan opini untuk dipublikasikan non komersial.

Email: [email protected] | Telp/SMS: 0812 60000 560

Copyright © 2025 — Panjimas. All Rights Reserved.

No Result
View All Result
  • NEWS
    • Nasional
    • Internasional
  • ISLAMIA
    • Aqidah
    • Kuliah Akhlaq
    • Doa & Zikir
    • Fiqih
    • Khutbah
    • Sirah Nabi
    • Thibbun Nabawi
  • INSPIRASI
    • Salafus Shalih
    • Tokoh
    • Muallaf
    • Miracle
      • Mukjizat Qur’an
      • Keajaiban Sunnah
      • Karomah Syuhada
  • NAHIMUNKAR
    • Aliran Sesat & TBC
    • Kristenisasi & Pemurtadan
    • SEPILIS
    • Konspirasi
  • PARENTING
    • Muslimah
    • Remaja
  • Citizens
    • Opini
    • Suara Pembaca
    • Silaturrahim
    • Agenda Umat
  • PANJIMART
    • Properti
    • Produk Digital
    • Rupa-Rupa
    • Resensi Buku
  • GALERI
    • Photo
    • Video
  • SOLIDARITAS
    • Panjimas Care
    • Filantropi

Copyright © 2019
Panjimas. All Rights Reserved.