WASHINGTON (Panjimas.com) – Pada artikel sebelumnya telah kami paparkan 4 fakta mencengangkan dari kebrutalan dan kebiadaban Central Intelligence Agency (CIA) Amerika Serikat (AS) dalam menyiksa para tahanan mujahidin. (Baca: Terkuak!! Inilah 8 Fakta Kebrutalan CIA Dalam Menyiksa Tahanan Mujahidin (1)
Fakta tersebut merupakan proses panjang Komite Intelijen Senat Amerika Serikat (AS), yakni 5 tahun membaca dan menganalisa lebih dari 6,3 juta halaman dokumen. Senat AS akhirnya mempublikasikan laporan tentang praktik interogasi brutal Central Intelligence Agency (CIA) terhadap 119 tahanan mujahidin Al Qaeda pasca serangan 11 September 2001 atau 9/11, sejak akhir 2001 hingga Januari 2009.
Saat merilis laporan setebal 525 halaman tersebut, Ketua Komite Dianne Feinstein mengatakan, CIA telah melanggar undang-undang dan nilai-nilai Amerika.
“Sejarah akan menilai upaya kita untuk menciptakan masyarakat yang patuh dengan undang-undang dan kesediaan menghadapi kebenaran, meskipun pahit, dan mengatakan – ini jangan pernah terulang lagi,” ujar Feinstein.
Berikut ini kelanjutan 8 kesimpulan dan fakta yang terkuak dalam laporan mencengangkan soal teknik penyiksaan yang dilakukan CIA saat melakukan interogasi terhadap tahanan mujahidin yang dituduh sebagai teroris, yang dikutip dari CNN, pada Rabu (10/12/2014).
- CIA Memberi Laporan SesatPresiden George W. Bush ternyata tidak diberi tahu tentang “teknik interogasi keras CIA sebelum April 2006,” demikian data CIA yang dikutip dalam laporan Senat. Itu berarti, butuh 4 tahun setelah program dimulai, sampai Presiden AS akhirnya tahu apa yang dilakukan CIA.
Laporan Senat juga menyimpulkan, “CIA menyediakan informasi yang tidak akurat dan tak lengkap” kepada Gedung Putih dan pejabat keamanan nasional. Pejabat CIA dituduh melebih-lebihkan keberhasilan teknik interogasinya saat rapat bersama pejabat Gedung Putih.
6. Petugas ‘Bau Kencur’
CIA juga diketahui menugaskan petugas-petugas yuniornya di fasilitas penahanan. Staf yang belum terlatih juga ditugaskan untuk menginterogasi tahanan tanpa pengawasan.
Di fasilitas penahanan CIA atau COBALT, seperti yang tertera dalam laporan, “seorang petugas yunior yang baru pertama ditugaskan ke luar negeri, tanpa pengalaman dan pelatihan, diberi wewenang menangani tahanan. Selama tugasnya itu, seorang tahanan tewas diduga hipotermia pada 2002.
Laporan juga menyimpulkan bahwa setidaknya 17 tahanan menghadapi interogasi — tanpa lampu hijau dari markas CIA. Teknik lain yang digunakan untuk mengorek informasi termasuk ‘tamparan pada perut dan menyiram dengan air dingin” — cara-cara yang tidak pernah direstui oleh Departemen Kehakiman.
- Otak 9/11 Menang Lawan WaterboardingKhalid Sheikh Mohammed, otak serangan teror 9/11 mengalami waterboarding selama 183 kali.
CIA mengatakan, metode itu efektif untuk membantu para penyelidik menguras informasi dari tahanan. Namun, interogator menyajikan gambaran yang berbeda dalam sebuah wawancara dengan inspektur jenderal CIA.
Para interogator dan personel medis mengatakan, Mohammed “benci namun tahu caranya menangani waterboarding yang dilakukan padanya”. Ia juga menemukan cara untuk bertahan. Mohammed mengalahkan teknik CIA itu — dengan bersikap non-konfrontatif.
Dan seperti tahanan lain yang disiksa, halid Sheikh Mohammed menarik kembali pengakuan yang ia berikan pada CIA untuk menghentikan penyiksaan yang ia alami. Salah satu pengakuan palsu adalah plot terhadap mantan Presiden AS Jimmy Carter. CIA menyebutnya sebagai ‘kisah yang mengada-ada’.
8. Kemana Larinya Uang US$ 81 Juta?
Dua psikolog yang membantu mengembangkan prosedur interogasi keras CIA mendirikan sebuah perusahaan pada 2005 untuk menjalankan program tersebut. Antara tahun 2005 dan 2009, perusahaan tersebut menarik uang sebesar US$ 81 juta dari pemerintah.
Para psikolog sebelumnya terlibat dalam program “Survival, Evasion, Resistance and Escape school” Angkatan Udara AS dan tak punya pengetahuan khusus soal Al Qaeda, tak ada latar belakang kontraterorisme, atau keahlian budaya dan linguistik. Demikian menurut keterangan laporan Senat.
Sebelum mendirikan perusahaan, salah satu psikolog merekomendasikan penggunaan interogasi ‘brutal’ dalam kasus Gul Rahman — beberapa hari sebelum Rahman ditemukan meninggal akibat dugaan hipotermia pada tahun 2002. SELESAI… [Muhajir/Lip6]