DAMASKUS, (Panjimas.com) – Pimpinan Militer rezim Syiah Nushairyah Bashar al-Assad pada hari Rabu (06/07/2016) mengumumkan gencatan senjata secara nasional selama 72 jam (3 hari).
“Gencatan senjata harus diterapkan di semua wilayah di Republik Arab Suriah untuk jangka waktu 72 jam mulai dari pukul 01:00 pagi tanggal 6 Juli sampai dengan waktu tengah malam tanggal 8 Juli,” demikian menurut laporan kantor berita SANA, media milik rezim Suriah yang mengutip intruksi Jenderal militer Assad.
Terutama, pernyataan gencatan senjata nasional ini bertepatan dengan tiga hari libur Hari Raya Idul Fitri di Suriah.
Meskipun ini bukan pertama kalinya bagi militer rezim Assad untuk menyatakan gencatan senjata nasional, waktu 6-8 juli adalah pertama kalinya pernyataan gencatan senjata dinyatakan secara nasional “di semua wilayah” di Suriah yang telah dilanda peperangan lebih dari 5 tahun itu.
Untuk diketahui berdasarkan laporan SCPR yang dirilis pada Februari lalu, dilaporkan bahwa 470.000 warga Suriah telah tewas dan sebanyak 1.900.000 jiwa lainnya mengalami luka-luka, cedera baik fatal maupun ringan dalam konflik yang telah memasuki tahun ke-5 itu. Meningkatnya jumlah warga yang tewas dan terluka secara signifikan ini disebabkan menyusul keterlibatan serangan-serangan massif aktor-aktor lain seperti militer Rusia, pasukan IRGC Iran dan milisi Syiah Hizbullah.
Laporan terbaru SCPR (Syrian Center for Policy Research) dengan data kematian 470.000 jiwa, ini tentu sangat mengejutkan karena jumlah ini sangat jauh di atas angka kematian terakhir yang dilaporkan PBB hampir 2 kali lipatnya, yang mana menurut PBB jumlah yang tewas mencapai 250.000 jiwa.
Selain itu, Suriah dilihat dari segi infrastruktur dan sistem kesehatan kondisinya hampir benar-benar dalam kehancuran total, kata para peneliti SCPR.
Peneliti SCPR menambahkan bahwa 400.000 jiwa yang tewas secara langsung oleh kekerasan serta serangan pemboman sementara itu 70.000 jiwa lainnya kehilangan nyawa mereka akibat kekurangan makanan dan obat-obatan ditambah penyakit dan masalah sanitasi.
Untuk diketahui, PBB telah berhenti mengumpulkan data statistik tentang korban-korban konflik Suriah sejak 18 bulan yang lalu ( sekitar 1,5 tahun).
Laporan SCPR Februari lalu juga mengatakan bahwa harapan hidup warga Suriah telah menurun dari angka 70 menjadi hanya 55,4.
Menurut SCPR, disebutkan juga bahwa hampir setengah (1/2) dari populasi Suriah terpaksa melarikan diri ke kamp-kamp pengungsian di Negara-negara tetangga, maupun yang bermigrasi ke benua Eropa
Laporan SCPR itu mengatakan bahwa 45 persen dari populasi Suriah telah mengungsi, lebih dari 4 juta telah menjadi pengungsi di negara-negara lain dan 6 juta lainnya mengungsi di wilayah lain masih di dalam negeri Suriah.
Laporan ini juga menyinggung kerugian ekonomi yang dialami Suriah, dengan mengatakan bahwa perang telah menelan biaya $ 255 milyar dollar dan bahwa hampir 14 juta orang kehilangan mata pencaharian mereka.
Untuk diketahui, kemiskinan di Suriah telah meningkat 85% pada tahun 2015, selain itu dari sisi kesehatan, standar pendidikan dan pendapatan warga, kondisinya sangat memburuk.[IZ]