Mendengar kabar tersebut, sejumlah aktivis Angkatan Muda Muhammadiyah (AMM) lantas menuju kediaman Buya.
“Buya Syafii Maarif adalah orang tua kami, menjaga Buya adalah prioritas kami,” jelas Ketua Pemuda Muhammadiyah DIY, Iwan Setiawan.
Selain untuk memastikan keamanan, mereka juga ingin melakukan tabayyun kepada tokoh Muhammadiyah yang akrab disapa Buya Syafii tersebut kasus penistaan agama Ahok.
Berikut tulisan lengkap Iwan Setiawan soal pertemuan dengan Buya Syafii tersebut.
Anak-Anak Muda Muhammadiyah Dialog dengan Buya Syafii Maarif.
Di hari pahlawan ini beredar kabar akan ada demonstrasi di rumah Buya Syafii Maarif di Nogotirto Sleman. Saya dan kawan-kawan Pemuda Muhammadiyah lantas kesana. Buya Syafii Maarif adalah orang tua kami, menjaga Buya adalah prioritas kami. Setelah dzuhur kami kumpul di Masjid Nogotirto. Selang tidak berapa lama Buya muncul dari arah selatan, dibonceng sepeda motor. Buya habis beli nasi padang di pinggir jalan kampung.
Buya melihat kami di dalam masjid dan menyalami. Kami memperkenalkan diri dari AMM DIY, wajah Buya nampak berseri.
“Ayo kerumah saya,” ucap Buya. “Pak Haedar Nashir mau kesini, sebelum dia datang, kalian menemani saya,” tuturnya sambil jalan menuju rumahnya.
Kami lantas menuju rumah Buya yang letaknya di sebelah Masjid Nogotirto.
“Ayo apa yang mau kalian tanyakan,” tanya Buya.
“Kami nonton ILC, kenapa Buya melawan arus umat Islam tentang masalah Ahok?”
Ahok itu mulutnya memang tidak terkontrol, kasar. Ahok itu mana mengerti Agama, kesalahannya Ia masuk wilayah yang dia tidak pahami. Saya sudah nonton videonya berkali-kali. Saya paham bila berseberangan dengan mayoritas umat Islam. Sekarang proses pemeriksaan Ahok sudah berjalan. Kita lihat hasilnya. Saya ingat ajaran Kiai Amir Ma’sum dari Solo, mantan Pimpinan Majelis Tarjih, Untuk memahami Agama butuh hati yang jernih. Kalau tanpa hati yang jernih niscaya Al-Qur’an tidak tidak akan bersahabat dengan kita.
“Tapi Ahok didukung oleh sembilan Naga Buya?” kata teman saya
Saya setuju. Tapi fokus saya pada Ahok itu menistakan agama atau tidak, saya tidak mau masuk ranah politik. Soal Cina, saya sudah menulis di Koran Republika tentang bahaya Kuning di Republik ini. Saya mengkritik Jokowi yang terlalu pro pada Cina. Kalau saya membela Cina, tulisan itu tidak akan muncul di Koran Republika. KTP saya bukan Jakarta, saya tidak ada kepentingan politik membela Ahok, saya orang bebas. Saya mencintai republik ini 100% dan semua orang tahu.
“Bagaimana dengan sebagian anak-anak Muda Muhammadiyah yang bersebarangan dengan Buya, ada juga yang ikut demo 4 November 2016 kemarin di Jakarta?”
Saya dengar hari ini akan ada demo di rumah saya. Kalau ada yang demo kesini, saya ingin mengundang mereka, mengajak berdialog mereka. Yang tidak setuju tidak masalah. Kalau ingin ketemu dengan saya, akan saya ajak berdialog. Demo 4 November itu elegan, damai, walau terjadi sedikit kerusuhan.
Diskusi yang asyik ini selesai setelah Pak Haedar Nashir dan Pak Yunahar Ilyas tiba di rumah Buya Syafii Maarif.
Bagi kami anak-anak Muda Muhammadiyah, Buya Syafii Maarif adalah orang tua kami. Kami akan menjaga Buya. Dari Buya kami diajarkan untuk belajar mensikapi perbedaan, diajarkan untuk tegar dalam berbeda pendapat. Perbedaan pendapat dengan seseorang jangan disikapi dengan kata-kata kotor, tetapi dengan dialog dari hati ke hati. Buya berpesan agar jangan sampai kebencian kita kepada suatu kaum, menjadikan kita tidak adil dalam bersikap.
Yogyakarta, 10 November 2016
Iwan Setiawan
Ketua Pemuda Muhammadiyah DIY
Haedar Nashir dan Yunahar Ilyas merupakan Pengurus PP Muhammadiyah. Keduanya kemarin juga bersilaturrahmi ke kediaman Buya Syafii.
Pemuda Muhammadiyah sendiri merupakan salah satu pihak yang melaporkan Ahok ke Kepolisian terkait dugaan penistaan agama. [AW/RMOL]