KLATEN, (Panjimas.com) – Masih banyaknya umat Islam yang belum peduli dengan media Islam meyebabkan perkembangan media Islam belum berjalan secara optimal.
Indonesia yang mayoritas penduduknya Muslim namun perkembangan media Islam banyak mengalami kendala.
Hal itulah yang menjadi pembahasan Ranu Muda, redaktur Panjimas saat mengisi pelatihan jurnalistik di PPTQ (Pondok Pesantren Tahfizul Quran) Ibnu Abbas Klaten, Sabtu, (3/10).
“Di masa sekarang media Islam posisinya minoritas seolah tak memiliki kekuatan untuk mempimpin perkembangan informasi. Begitupula kekuatan untuk mengadvokasi saat Islam terus dicitrakan negatif. Sekali lagi keterbatasan SDM dan dana menjadi hal utama. “ ujar Ranu Muda.
Banyak orang rela menyumbangkan uangnya puluhan Miliar untuk pembangunan pondok pesantren ataupun sekolah Islam Terpadu. Namun belum banyak orang yang iklas menginfaqkan hartanya untuk perjuangan dakwah media.
Padahal peran media dalam dakwah begitu penting. Kita tidak mungkin bisa melihat kondisi saudara Muslim yang terdzolimi di Palestina, Suriah, Myanmar ataupun daerah konflik lainnya jika tak memiliki media. Begitupula dengan perkembangan Islam yang cukup baik di daerah Eropa. Semua itu karena adanya sebuah media.
Sementara itu di sisi lain musuh-musuh Islam begitu semangat untuk mendirikan perusahaan media. Sehingga jujur selama ini raksasasa media di dunia ini dimiliki oleh orang-orang kafir sebut saja Gerald Levin pemilik AOL Time Warner dengan jumlah pekerja 39 ribu dan pendapatan setiap tahun USD 31,8 miliar atau setara Rp 308,5 triliun. The Walt Disney Company dimilik oleh Michael D. Eisner, juga seorang Yahudi memiliki 120 ribu karyawan ini menuai USD 23,4 miliar (Rp 227 triliun) per tahun.
Tiga surat kabar terbesar di dunia juga dimiliki oleh orang Yahudi, yakni the New York Times, the Wall Street Journal, dan the Washington Post
Melalui forum yang didominasi oleh generasi milineal itulah penulis buku “Salam Jari dari Bui” itu berharap agar kedepan muncul jurnalis-jurnalis handal serta pengusaha yang peduli dengan dakwah media.
Peserta pelatihan yang terdiri dari santri kelas 7 hingga kelas 12 tampak antusias mengikuti diskusi tersebut. [RN]