YOGYAKARTA (Panjimas.com) — Umat Islam di Kelurahan Purbayan, Kotagede Yogyakarta berbesar hati, karena mengizinkan jenazah Albertus seorang umat Katolik untuk dimakamkan di TPU Muslim.Warga hanya minta tanda salib besar di makam Albertus tersebut dipotong. Permintaan tersebut kemudian disetujui oleh keluarga Albertus.
Belakangan, ada yang berusaha mempolitisir dengan menuduh warga Purbayan intoleran, karena memotong salib di makam Albertus. Menanggapi hal itu, Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Sri Sultan Hamengkubuwono X menegaskan pemotongan nisan salib di salah satu makam oleh warga Purbayan, Kotagede, Yogyakarta, bukan merupakan intoleransi.
Langkah pemotongan dilakukan melalui kesepakatan baik dari warga maupun keluarga mendiang. “Tidak ada (intoleransi),” kata Sultan di Gor Among Raga, Yogyakarta, Rabu (19/12).
Ia mengatakan, sudah tidak ada masalah terkait hal ini. Baik dari warga maupun dari keluarga mendiang. “Bukan masalah pemotongan, itu masyarakat Muslim, mereka yang ada di situ, itu ada agama yang berbeda. Dari pada (dimakamkan) ke Mrican, mereka sepakat untuk dimakamkan di situ (Purbayan). Terus ada kesepakatan (memotong nisan salib), kan itu saja,” kata Sultan.
Ia pun beranggapan, munculnya anggapan intoleransi dengan adanya pemotongan nisan salib ini, disebabkan karena hal tersebut sudah viral. Padahal, lanjutnya, apa yang beredar tidak sesuai dengan yang terjadi. “Ini konsekuensi dari diviralkan itu. Jadi tidak ada masalah,” kata Sultan. (des)