Jakarta, Panjimas – Setelah sebelumnya ramai pemberitaan tentang akan dibelinya sebuah gereja di Spanyol oleh Muhammadiyah hal itu kemudian dibenarkan informasinya oleh salah seorang pengurus PP Muhammadiyah.
Adalah Ketua Majelis Tabligh PP Muhammadiyah, Ustadz Fathurrahman Kamal mengatakan, Pimpinan Wilayah (PW) Muhammadiyah Jatim sudah resmi membeli sebuah gereja di Alcala, Madrid, Spanyol.
Sejatinya, kata Ustaz Fathurrahman, gereja itu pada awalnya adalah bangunan masjid peninggalan era kekhalifahan.
Menurut Ustaz Fathurrahman, pembelian gereja tersebut dilakukan oleh Pimpinan Wilayah (PW) Muhammadiyah Jatim yang pada periode sebelumnya dipimpin oleh Dr Saad Ibrahim. Saad kini menjadi Ketua PP Muhammadiyah.
“Sudah (dibeli) PWM Jawa Timur itu. Makanya ketua bidang saya kan Dr Saad Ibrahim, beliau sudah dan itu konkret dan hal-hal semacam ini saya kira juga penting sekali untuk disentuh secara langsung,” ujar Ustadz Fathurrahman, Rabu (01/03/2023), seperti dilansir Republika.co.id.
“Saya dengar info yang kami dapat dari Jawa Timur dan itu saya kira bagian dari pada yang akan diseriusi,” imbuhnya.
Ustadz Fathurrahman mengatakan, sekarang ini arus untuk melakukan internasionalisasi dakwah memang menguat di lingkungan Muhammadiyah.
Menurut dia, pembelian gereja yang dilakukan PWM Muhammadiyah itu juga merupakan salah satu upaya Muhammadiyah untuk melakukan dakwah di tingkat internasional.
“Termasuk juga pada produk Muktamar Solo ini kan salah satu orientasi ke depan ini bagaimana melakukan internasionalisasi daripada dakwah Muhammadiyah,” ucap Ustaz Fathurrahman.
Menurut dia, perwakilan Muhammadiyah sendiri saat ini sudah ada di lima benua, yaitu Benua Asia, Benua Afrika, Benua Eropa, Benua Amerika, dan di Benua Australia. Seperi di Mesir, kata dia, Muhammadiyah juga sudah memiliki amal usaha dan bahkan mendirikan Perguruan Seni Beladiri Tapak Suci Muhammadiyah.
“Nah kemudian yang kemarin belum lama ini PMW Jatim membeli gereja di Spanyol itu,” katanya.
Dia menambahkan, selama ini Muhammadiyah memang tidak bergerak dengan instruksi atau top-down, tapi bergerak dengan bottom-up.
“Jadi kegiatan teman-teman atau kader-kader yang berdiaspora di banyak negara-negara besar itu termasuk di Jepang, itu juga kemudian menginisiasi berbagai macam kegiatan bukan hanya kegiatan keagamaan tapi juga kegiatan-kegiatan kemanusiaan misalnya di Turki dan seterusnya,” jelas Ustadz Fathurrahman
Sumber: republika.co.id