QUNEITRA (Panjimas.com) – Mujahidin Suriah telah membuat kemajuan baru mendekati Dataran Tinggi Golan di Provinsi Quneitra yang diduduki Zionis Israel, di mana 26 tentara tewas dan 17 pejuang gugur dalam pertempuran Sabtu (6/9/2014), kata satu kelompok pemantau.
Pertempuran telah berkecamuk di provinsi ini sejak Agustus, ketika para pejuang dan Mujahidin Jabhah Al-Nushrah yang berafiliasi dengan Al-Qaeda mengambil-alih satu pos perbatasan.
“Pemberontak telah mengambil alih bukit yang menghadap pos perbatasan, serta beberapa desa di dekatnya, setelah pertempuran menewaskan sejumlah besar tentara di kedua sisi,” kata Direktur Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia (SOHR), Rami Abdel Rahman, Minggu.
Pada Sabtu, “rezim mencoba untuk merebut kembali desa Msahra, tetapi gagal”, kata Abdel Rahman, dengan pertempuran meninggalkan 43 orang tewas di kedua sisi.
Selama pertempuran Sabtu, mujahidin juga menyita sederetan puncak-puncak bukit baru.
Observatory mengatakan pertempuran di sekitar Quneitra telah membunuh sekitar 70 loyalis dan puluhan pejuang sejak akhir Agustus.
Selama berbulan-bulan, mujahidin telah berusaha untuk mengambil kontrol penuh Damaskus selatan, Provinsi Daraa di perbatasan Yordania, dan Quneitra.
Di tempat lain, pesawat tempur rezim melakukan serangan baru terhadap wilayah yang jatuh di bawah kendali Daulah Islamiyah di provinsi timur Deir Ezzor dan provinsi utara Raqa.
Serangan udara di Raqa menewaskan dua anak, kata Observatorium.
Para pemantau dan aktivis yang berbasis di Inggris itu sementara melaporkan beberapa mortir yang diluncurkan dari posisi pemberontak ke Abbasiyeen Square dan daerah lain di pusat Damaskus.
Penembakan terjadi tiga pekan memasuki pertempuran besar di Kabupaten Jobar, Damaskus timur, yang rezim mencoba untuk merebut kontrol daerah itu dari pemberontak.
Pada Ahad lalu, angkatan udara melakukan 10 serangan udara terhadap posisi mujahidin di timur Damaskus, kata Observatorium, dan dilaporkan tidak ada korban.
Perang Suriah telah menewaskan lebih dari 191.000 orang sejak Maret 2011, demikian AFP. [AW/Ant]