SOLO, (Panjimas.com) – “Jadi saya tidak bisa menutupi kalau aksi kita hanya seperti ini, mereka akan melihat siapa yang ditandai rumahnya dengan warna merah, siapa yang akan dibunuh, siapa yang akan diracun” ucap Alfian Tanjung M.Pd Pengamat Gerakan Komunis menjadi pembicara dalam Apel Siaga Waspada Komunis, di Bundaran Gladak, Jl Slamet Riyadi, Solo, Ahad (5/6/2016).
Alfian Tanjung mengatakan sejak tahun 1998 sampai 2000, kader-kader PKI telah membunuhi ulama, kyai, dan guru ngaji yang telah menjadi daftar hitam dengan dalih dan fitnah dukun santet mulai dari Banyuwangi sampai Banten.
Berbagai konggres PKI telah diadakan di berbagai kota dengan cover macam-macam untuk menutupi identitasnya. Alfian memiliki data bahwa konggres ke 8 PKI di Sukabumi Selatan, sedang ke 9 di Cianjur Selatan tahun 2005. Dirinya juga membawa buku AD/ART PKI pada konggres ke 10 yang dilakukan di Magelang.
“Tahun 2002 terbit buku berjudul Aku Bangga Jadi Anak PKI yang ditulis oleh Ripka Cipta Ning yang ayahnya pengusaha toko material di Solo ini, pada tahun 1950. Ripka Cipta Ning tinggalnya di jalan haji Mencong, Tangerang, berasal dari PDI perjuangan, anggota DPR RI tiga periode berangkat dari Sukabumi Selatan tempat konggres PKI ke 8” ungkapnya.
Alfian melanjutkan tahun 2003 Makkamah konstitusi merubah Undang-undang Pemilu no 12 pasal 60G, sejak itu kader-kader PKI boleh jadi DPR RI, DPD, Gubernur, Bupati dan pejabat instansional.
“Jadi kalau kita mau buka satu-satu silahkan jawab sendiri, siapa Gubernur Jawa Timur, silahkan priksa ayahnya! Siapa Okki Asetawati anggota DPR RI dari PPP ayahnya Brigadir Jendral Anwas PKI golongan A” katanya.
Alfian Tanjung yang juga kader PPP menungkapkan PKI sudah menduduki posisi-posisi pemerintahan baik ditingkat bawah sampai pada tingkat atas termasuk pada tubuh TNI dan Polri.
“Hari ini saya bicara PKI sudah ada di DPR RI, PKI sudah ada di Gubernur, sudah ada jadi Bupati, sudah ada di Polisi, sudah ada di Tentara. Jadi jangan heran kalau sekarang Polisi dan Tentara tidak tegas menghadapi PKI, Allahu akhbar!” teriak Alfian.
Menurut Alfian sekarang yang gelisah justru para veteran dan pensiunan TNI maupun Polri karena mereka mengerti kekejaman dan jahatnya PKI. Sejarah mecatat bahwa yang menumpas gerakan PKI bukan dari Brawijaya ataupun Diponegoro namun justru dari Siliwangi yang di Jawa Barat.
“Peristiwa G30S PKI, Jawa Tengah lebih dari 70 persen tentara-tentaranya terlibat dan menjadi anggota PKI. Artinya kebangkitan mereka hari ini bukan kebangkitan gurau, bukan kebangkitan dongeng, walaupun sering para pakar, ahli sejarah, ahli ideologi bilang Hei Alfian anda sedang mimpi, tidak. PKI hari ini bangkit” cetusnya. [SY]