MANILA, (Panjimas.com) – Menteri Pertahanan Delfin Lorenzana pekan lalu menyatakan bahwa terdapat 500 pejuang Islam yang terlibat dalam usaha pengepungan Kota Marawi.
Pernyataan Menhan Filipina ini yang secara efektif merevisi perkiraan awal pemerintah tentang jumlah militan yang hanya sekitar 100 prajurit.
Lorenzana mengatakan pada sebuah konferensi pers pada hari Kamis (01/06) bahwa simpatisan Islamic State (IS) dari kelompok militan Maute dan Abu Sayyaf diperbesar oleh kelompok bersenjata lainnya untuk melaksanakan “rencana besar” pengambilalihan ibukota Provinsi, Lanao del Sur.
Dia mengatakan sekitar 260 prajurit Maute bergabung dengan 100 prajurit Abu Sayyaf tang dikomandoi Isnilon Hapilon dari Basilan, sementara sisanya berasal dari berbagai organisasi militan setempat, ujar Lorenzana.
Militer, sementara itu, melaporkan 120 militan telah dibunuh dalam konflik tersebut
Menteri Pertahanan memperkirakan bahwa ada sekitar 50 sampai 100 pejuang yang masih bersembunyi di Marawi setelah pasukan pemerintah melaporkan keberhasilan dalam merebut kembali sekitar 90 persen wilayah tersebut.
“Saya hanya menebak, Anda tahu? Karena sebuah kekuatan kecil tidak dapat bertahan lama, maka masih ada sekitar 100 (militan di Marawi),” kata Lorenzana, dikutip dari philstar.
Sisanya, katanya, bisa keluar kota dan kembali ke desa mereka. Beberapa bergabung dengan warga sipil di kota-kota tetangga
Berdasarkan perkiraan pemerintah yang baru, sekitar 280 pejuang berhasil mundur dari medan pertempuran.
Kesenjangan mencolok antara perkiraan awal dan perkiraan baru kekuatan musuh dapat menimbulkan pertanyaan mengenai efektivitas intelijen pemerintah.
Departemen Kehakiman, sementara itu, sedang mempersiapkan bahan kasus tentang 100 militan yang sebelumnya dilaporkan telah mengepung Marawi.
Operasi telah diluncurkan untuk memburu para militan yang meninggalkan pertempuran di kota Marawi setelah serangan pada 23 Mei.
Pertempuran meletus antara kelompok militan dan pasukan pemerintah setelah dipicu serangan militer yang gagal untuk menangkap pemimpin Abu Sayyaf, Hapilon di kota tersebut.
Lorenzana mengatakan pihak berwenang masih terus berupaya memverifikasi kehadiran militan di kota-kota lainnya melalui laporan yang mereka terima dari warga sipil.
Juru bicara Militer Brigadir. Jenderal Restituto Padilla, sementara itu, mengatakan pasukan Maute masih menduduki 45 titik di kota tersebut dalam bentrokan terakhir, mungkin yang paling dashyat.
Lorenzana menjelaskan bahwa meriam militer tidak mampu menembus bangunan beton.
“Kemudian mereka memiliki begitu banyak penembak jitu di sekitar tentara kami, Jadi, ini bertahap, ini adalah area built-up, dan terkadang garis api meriam kami tidak bisa menyasar dengan akurat karena penghalang fisik,” pungkasnya.
Pasukan darat akan sangat bergantung dalam beberapa hari mendatang, dengan serangan udara yang mungkin saja akan dihentikan setelah setidaknya 10 tentara tewas akibat salah sasaran menembaki rekannya sendiri pada hari Rabu.
Saat pertempuran memasuki pekan kedua, beberapa tank tiba di sebuah kamp tentara sebelum dikerahkan ke kota Marawi bersama dengan truk-truk pasukan bantuan.
“Mereka menempatkan lebih banyak tentara di sana. Beberapa waktu yang lalu, kami mungkin akan menunda sementara serangan udara dan membiarkan pasukan darat melakukan pekerjaan mereka,” ujar Lorenzana menambahkan.
8 pejuang asing dari Malaysia, Saudia Arabia, Indonesia, Yaman dan Chechnya juga diidentifikasi di antara mereka yang dibunuh oleh tentara Filipina, dilansir dari Associated Press.[IZ]