ALEPPO, (Panjimas.com) – Sejak 2011, kota di barat laut Suriah, Aleppo telah menjadi medan pertempuran dahsyat antara pasukan rezim Syiah Nushairiyah Bashar al-Assad dengan kelompok-kelompok Oposisi, para faksi Mujahidin Suriah.
Pertempuran itu telah meninggalkan jejak kehancuran di seluruh kota, misalnya di Aleppo dan kondisi ini telah memaksa ribuan warganya mengungsi dan meninggalkan rumah-rumah mereka.
Akan tetapi perjanjian gencatan senjata antara pihak rezim dan oposisi, yang mulai berlaku pada akhir Februari lalu, tampaknya telah memberikan penduduk kota terbesar Suriah itu, Aleppo sifat tangguh bagi warganya.
Dengan gencatan senjata sementara ini secara parsial berlaku, kehidupan sehari-hari warga Aleppo secara bertahap kembali normal, dengan beberapa warga Aleppo yang sebelumnya telah mengungsi kini mereka mulai kembali ke rumah-rumah mereka.
“Jalan-jalan dan Pasar di Aleppo secara perlahan kembali hidup dan warganya mulai beraktifitas normal,” kata seorang warga Aleppo, Mustafa Abu Saleh kepada Anadolu Agency.
“Orang-orang mulai membeli dan menjual barang-barang lagi tanpa rasa takut.”, pungkasnya.
Tampak di seluruh kota Aleppo, pedagang-pedangang kembali menjual komoditas di toko-toko mereka dan di bazaar, sementara lalu lintas cukup padat, juga telah kembali ke ke jalan-jalan di Aleppo.
Pada bulan Maret 2011, oposisi Suriah mulai menyerukan untuk mengakhiri empat dekade-panjang pemerintahan rezim dinasti Assad.
Rezim Assad menanggapi tuntutan tersebut dengan menindak aksi protes pro-demokrasi dengan keganasan tak terduga, yang kemudian telah mendorong negara-negara Arab turut terlibat ke dalam konflik Suriah.
Menurut penghitungan yang disusun oleh Anadolu Agency, lebih dari 361.000 orang telah tewas di Suriah sejak konflik disana meletus 5 tahun lalu. [IZ]