SUKOHARJO, (Panjimas.com ) – Di Indonesia persaudaraan sangatlah penting, karena Indonesia banyak memiliki problem. Demikian yang menjadi alasan Ustadz Abu Izzudin Al Fikri Kepala Sekolah Pondok Pesantren Al Mukmin,Ngruki, Cemani, Grogol, Sukoharjo, membahas isu kebangkitan PKI dalam khotbah Ied 1437 H, Rabu (6/7/2016).
Menurut ustadz Abu Izzudin, problem tersebut suatu saat akan menimpa umat Islam Indonesia. Bahkan saat ini pun mulai muncul diantaranya indikasi kebangkitan PKI. Hal ini disampaikannya dihadapan ribuan jama’ah yang memadati pelataran Madrasah Putra Terpadu “Darul Hikmah”.
“Ada beberapa indikasi yang akan saya sampaikan pada hadirin rahimakumullah. Yang pertama adanya gelombang tuntutan pencabutan TAP MPR no 25 tahun 1966 dan penghapusan sejarah PKI dari kurikulum” katanya.
Hal ini menjadi tuntutan generasi neo PKI. Ustadz Abu Izzudin melanjutkan, yang kedua ialah semakin maraknya simbol-simbol PKI yang tidak segera ditanggapi oleh yang berwenang.
“Maraknya simbol PKI tidak segera direspon yang berwenang, namun umat Islam yang membawa bendera Laa ila ha illallah, sudah di tuduh macem-macem. Ini jelas-jelas simbol PKI diberbagai daerah tidak pernah ditangani. Ada apa? Mungkinkah PKI ini sudah menyusup diberbagai lini kehidupan bangsa” ujarnya.
Kemudian, ustad Abu Izzudin menyoroti pemberhentian tayangan G30sPKI oleh TVRI. Dirinya melihat bahwa pembelajaran terhadap kejahatan PKI mulai dihilangkan.
“Sebelumnya kita tahu, menjelang 30 September film ini ditayangkan, untuk apa? Supaya umat Islam sadar betapa kejamnya kejahatan-kejahatan yang dilakukan PKI. Dia tidak mengenal apa yang disebut perikemanusiaan, karena dasar mereka kal an’amu bal hum adol dia bagaikan binatang bahkan lebih keji daripada itu” sorotnya.
Lebih lanjut, ustadz Abu Izzudin menjelaskan adanya tuntutan permintaan maaf pemerintah kepada PKI. Hal ini sangat ironi karena PKI yang melakukan pembantaian namun pemerintah sebagai korban didesak untuk minta maaf.
“Sejarah PKI lah yang melakukan pembantaian diseluruh wilayah Indonesia, kita masih punya bapak-bapak, masih punya mbah-mbah yang menyaksikan sejarah itu. Kemudian saat ini mau dibalik seakan-akan yang salah itu umat Islam, dan yang benar adalah PKI” jelasnya.
Ustadz Abu Izzudin berharap jangan sampai umat Islam melupakan sejarah tersebut. Sejarah kelam kebengisan PKI sejak tahu 1926, 1948 dan 1965, bahkan 1998 dengan menghembuskan isu dukun santet dan kolor ijo.
“Mereka memiliki tujuan untuk mengkudeta NKRI, tapi ternyata yang menjadi korban adalah umat Islam, karena orang-orang PKI yakin umat Islam yang mendirikan bangsa ini. Umat Islamlah yang mengusir Belanda, yang mengusir Jepang, mereka adalah para syuhada, adalah para kyai, adalah santri yang ada dalam pondok pesantren, juga tokoh NU dan Muhammadiyah” tegasnya.
Ustadz Abu Izzudin menilai bahwa PKI tidak pernah terlibat dalam pengusiran penjajah, justru malah sebaliknya PKI membantu menghancurkan NKRI.
“Selama berdiri sejak 1917, PKI sangat proaktif dengan Hindia-Belanda, kemudian sangat sayang sekali kalau negeri ini akan dikelola menjadi sebuah negara komunis. Kita sangat tahu bahwa ideologi komunis dengan mengakui tidak adanya Tuhan sangat bertentangan dengan ideologi Islam”
Komunis selama 70 tahun diseluruh dunia telah membantai manusia yang tidak berdosa sebanyak 120 juta orang. Untuk itu Abu Izzudin memohon umat Islam merajut Ukhuwah Islamiyah karena menurutnya upaya untuk adu domba, pencitraan buruk terhadap Islam sudah sangat banyak. [SY]