KAIRO, (Panjimas.com) -Pasukan keamanan Mesir pada hari Jumat (09/12), hanya dalam jangka sehari diserang dengan 2 aksi pemboman di pinggiran jalan Kairo dan Kafr El Sheikh, yang menewaskan 6 petugas polisi dan mencederai 6 korban lainnya, demikian menurut sumber-sumber keamanan Mesir.
Serangan-serangan itu datang setelah pemerintahan Presiden Abdel Fattah al-Sisi menghadapi serangan yang dilakukan oleh kelompok-kelompok Islamis.
Dalam insiden pertama, pada Jumat pagi, kelompok militan Mesir yang baru muncul “Hasm Movement” mengklaim bertanggung jawab atas bom di Kairo, Kementerian Dalam Negeri mengatakan bom itu menewaskan 6 polisi dan melukai 3 orang lainnya di sebuah pos pemeriksaan di jalan utama yang mengarah ke Piramida, dikutip dari Reuters.
Gerakan Hasm, mengklaim bertanggung jawab atas beberapa serangan di Mesir dalam beberapa bulan terakhir, kata sumber-sumber keamanan, serangan itu juga melukai 4 warga sipil.
Saksi mata Ahmed Al-Deeb menggambarkan adegan pembantaian, dengan polisi yang mati dan sekarat berbaring di samping mobil yang ringsek. Salah seorang polisi memiliki fragmen ledakan di dadanya dan 2 polisi lainnya telah kehilangan kaki, katanya kepada Reuters TV.
Serangan kedua terjadi pada Jumat malam (09/12) di gubernuran Kafr El Sheikh di Delta Nil, di mana sebuah bom meledak di pinggir jalan dan menewaskan seorang warga sipil dan melukai 3 polisi, kata sumber-sumber keamanan. Tidak ada pihak yang mengaku bertanggung jawab atas serangan itu.
Bom itu diledakkan dari jarak jauh ketika sebuah mobil polisi melintas, tetapi bom meledak beberapa detik setelah kendaraan berlalu, sehingga menyelamatkan nyawa para petugas, kata sumber keamanan Kairo.
Pejuang Sinai
Pemerintah Mesir kini berurusan dengan beberapa kelompok pejuang militan di Semenanjung Sinai, di mana mereka telah berbaiat kepada Islamic State (IS) didasarkan, selain itu pemerintahan Al–Sisi juga berurusan dengan kelompok-kelompok Islamis lainnya yang tersebar di negara itu.
Pasukan keamanan Mesir menewaskan 3 pria bersenjata pada Selasa (06/12) dalam serangan tempat persembunyiannya di Mesir selatan, pemerintah mengatakan tempat itu digunakan oleh Hasm Movement, yang dituding rezim As-Sisi sebagai sayap bersenjata Ikhwanul Muslimin [IM]. Membantah hal itu, Jubir Ikhwanul Muslimin mengatakan bahwa IM adalah sebuah organisasi yang berjuang dengan cara-cara damai.
“Hasm”, dalam bahasa Arab berarti “ketegasan”.
Hasm Movement menuding para hakim Mesir telah menghukum ribuan penduduk yang tidak bersalah sampai mati, atau bahkan memenjarakan mereka untuk hidup, diatas perintah militer.
Hakim-hakim Mesir telah memvonis hukuman mati terhadap ratusan pendukung Ikhwanul Muslimin sejak tahun 2013, ketika Presiden Mohamed Morsi, digulingkan oleh pasukan Jenderal Abdel Fatah As-Sisi, Morsi kini mendekam dalam penjara dan mendapatkan serangkaian vonis hukuman mati serta hukuman penjara dengan periode panjang.
Ikhwanul Muslimin, memenangkan pemilu bebas pertama Mesir setelah Aksi pemberontakan 20122 yang berhasil mengakhiri kekuasaan 30 tahun Hosni Mubarak. Sejak itu Ikhawanul Muslimin dinyatakan sebagai organisasi terlarang, para pemimpin dan anggota-anggotanya sebagian besar dipenjarkan atau diasingkan, sementara beberapa anggota IM lainnya hidup secara bawah tanah.
Sejak penindasan itu, kelompok-kelompok Islamis kecil lainnya, termasuk Hasm Movement telah muncul. Hasm mengaku bertanggung jawab atas serangan bulan September lalu, yang berupaya membunuh seorang jaksa senior Mesir.
Untuk diketahui, para pejuang yang telah berbaiat kepada Islamic State (IS) dan berbasis di wilayah Sinai telah menewaskan ratusan tentara dan polisi Mesir.
Hakim, polisi dan pejabat senior menjadi sasaran target utama oleh kelompok-kelompok Islamis, yang marah dengan penindasan rezim militer, serta hukuman penjara lama yan dikenakan pada anggota Ikhwanul Muslimin.[IZ]