SUKOHARJO (Panjimas.com) – Ketua Pemuda Muhammadiyah, Dahnil Anzhar Simanjuntak meyakini munculnya isu bom hingga saat ini adalah bukti ketidakadilan yang dilakukan Pemerintah dan Negara.
Keterangan ini dia sampaikan saat kajian akbar di Masjid Fatur Rahman komplek kampus Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Pabelan, Kartosuro, Sukoharjo, Senin (5/6/2017). Dia menceritakan pengalamannya bertemu para pedagang pasar di Poso.
“Ketika saya datang ke Poso, ngobrol dengan pedagang pasar di Poso, ada salah satu pedagang bercerita, Mas kalau pemerintah terus berlaku tidak adil terhadap kami, Terus kami digusur dijanjikan tapi tidak dipenuhi. Kayaknya lebih baik kami ikut Santoso saja,” kata Dahnil menirukan pedagang pasar Poso.
Tak hanya itu, Dahnil juga menilai bom Kalimantan Timur karena bentuk perlakuan yang tidak adil. Termasuk kasus Siyono yang diadvokasi Muhammadiyah, hingga sekarang tidak ada penyelesaiannya.
“Kemudian bom Kalimantan timur, karena residivis bom tapi setelah pulang ditolak keluarga maka terjadi kasus Kalimantan itu, dan terakhir Siyono itu. Ini menunjukkan masalah kita adalah keadilan yang tidak adil,” ujarnya.
Dahnil merasa saat ini justru semakin parah, upaya kriminalisasi Ulama, tokoh Islam dan umat Islam yang dilakukan Negara dan pemerintah dianggap melakukan keadilan.
“Dan teroris lahir karena ada ketidakadilan apalagi yang melakukan adalah Negara. Jadi yang terbaru saat ini, mereka seolah melakukan keadilan tapi sesungguhnya menutupi ketidakadilan,” tuturnya. [SY]