SOLO (Panjimas.com) – Setelah CEO Starbucks, Howard Schultz menyatakan dukungannya terhadap LGBT (Lesby, Gay, Bisex dan Transgender), beberapa tokoh muslim menyatakan memboikot usaha sajian kopi tersebut.
Sejauh mana efek boikot tersebut, Panjimas mencoba melakukan pemantauan Starbucks yang ada di Mall Solo Paragon. Sekitar pukul 14:00 WIB, dari 14 pengunjung yang hadir 8 diantaranya adalah muslimah, terlihat dari penampilan jilbab yang dikenakan.
Kepala Kafe Starbucks Solo yang tidak mau menyebut namanya menjelaskan bahwa pihaknya tidak bisa memberikan komentar terkait adanya boikot Starbucks yang ditengarai sahamnya terus anjlok.
“Maaf mas, karena kami hanya cabang ya, kami tidak bisa memberikan tanggapan. Kunjungi saja situsnya ,” ujar dia, Kamis (6/7/2017).
Sementara itu, Zahra, Mahasiswa UNS (Universitas Sebelas Maret), sebagai pelanggan Starbucks di Solo, mengaku tidak mengetahui adanya gerakan memboikot Starbucks. Kesukaan dia di Starbucks selain kopinya, layanan wifi membuat dia betah berlama-lama di jajanan kafe kopi internasional itu.
“Biasa aja, saya sering ke Starbucks sejak SMA. Kopinya enak, sih,” kata Mahasiswi asal luar Solo itu, yang terlihat sibuk mengetik tugas dengan Laptopnya.
Zahra mengaku tidak setuju dengan perilaku LGBT yang menyimpang dari moral manusia. Bagi dia, minum kopi di Starbucks karena tidak setiap hari tidak menjadi soal.
“Lagian saya kan nggak setiap hari, kalau secara lahiriah saya tidak setuju dengan LGBT,” ucapnya.
Salah satu Satpam Solo Paragon membenarkan bila Starbucks setiap hari selalu ramai. Terlebih setelah jam 5 sore, pengunjung Starbucks semakin penuh. Adanya gerakan boikot Starbucks nampaknya belum berimbas bagi Kafe kopi di Solo tersebut.
“Setiap hari ramai sih mas, hanya peningkatan pengunjung itu setelah jam 5 sore,” ucapnya. [SY]