BEKASI, (Panjimas.com) – Dalam mengkritik rumus kemajuan yang diutarakan masyarakat barat, Peneliti INSIST Dr. Tiar Anwar Bachtiar mengatakan, definisi kemajuan yang disebut masyarakat barat itu tidak jelas. Menurutnya, dalam Islam yang disebut kemajuan itu ke depan bukan muter-muter.
“Bangunan yang tinggi-tinggi disebut maju? Kemaren jalannya cuma satu sekarang jadi dua, tadinya di bawah sekarang jadi tambah di atas. Apakah itu yang disebut kemajuan?” kritik Dr. Tiar Anwar Bachtiar, di Masjid Al Azhar Jakapermai, Bekasi, Ahad (8/10/2017).
Lebih lanjut, ia mengatakan, kalau itu yang disebut maju dan kemajuan, sesungguhnya kemajuan itu hanya muter-muter di situ-situ aja. Karena sebentar lagi yang mereka bangun akan hancur, semuanya akan habis dan tidak ada yang bisa bertahan.
“Kita akan kembali lagi ke nol, karena apapun yang kita buat di dunia ini kalau ukuran kemajuannya hanya seperti itu, sifatnya hanya fisik saja, tidak akan pernah maju,” tambahnya.
Menurutnya, Islam itu mengajarkan kemajuan yang dikejar itu adalah kehidupan menuju akhirat. Ini yang disebut kehidupan yang sempurna. Personifikasinya ada dalam diri Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wassalam
“Inilah menyebabkan manusia muslim yang beriman kepada Allah dan hari akhir tidak akan pernah berputus asa di dalam hidupnya, karena akan selalu ada harapan. Harapannya itu ya masa depannya itu di akhirat,” tuturnya.
Dikatakan Dr. Anwar Bachtiar lebih lanjut, intinya kemajuan dalam konsep Islam tidak bertumpu pada peradaban, tetapi bertumpu pada keadilan. Jadi, bukan kemajuan yang semata-mata majunya fisik.
“Kalau kita lihat yang disebut maju secara fisik, yang bersisa adalah masalah, yang bersisa adalah kerumitan,” tegasnya.
“Gara-gara yang kita ukur kemajuan adalah secara fisik, maka yang terjadi adalah segala kerumitan hidup bukan kemudahan, karena semakin maju secara fisik itu kita dituntut berpikir itu secara rumit.” tandasnya. [DP]