NEW YORK (Panjimas.com) – Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) baru-baru ini menghapus nama “Front Pembebasan Islam Moro”, Moro Islamic Liberation Front (MILF) dari daftar kelompok bersenjata yang dikabarkan merekrut prajurit anak-anak.
Penghapusan nama organisasai perjuangan Moro terbesar itu menandai langkah dan kemenangan untuk mewujudkan hak anak-anak di Filipina, demikian menurut Badan Dana Anak-Anak PBB, United Nations Children’s Fund (UNICEF), dilansir dari Anadolu.
Sekretaris Jenderal PBB, dalam pernyataan yang dikeluarkan melalui Kantor Cabang PBB di Manila pada hari Jumat (06/10), melaporkan selesainya Rencana Aksi PBB-MILF yang dimulai pada bulan Februari tahun ini mengakibatkan pelepasan 1.869 anak-anak dari jajaran pasukan MILF.
Laporan 2016 yang baru dirilis tersebut menunjukkan bahwa intervensi PBB telah menyebabkan penggapusan nama 2 kelompok bersenjata di Republik Demokratik Kongo (DRC) dan Filipina.
UNICEF ingin mengakhiri perekrutan dan penggunaan anak-anak oleh kelompok bersenjata. UNICEF berencana untuk memfasilitasi akses mereka terhadap dukungan dan layanan yang sesuai dari pemerintah dan mitra organisasi pemberdayaan untuk memfasilitasi hak-hak mereka terhadap kesehatan, pendidikan dan perlindungan.
“Komitmen MILF untuk melindungi dan mempromosikan hak anak-anak di komunitas mereka terus berlanjut sampai hari ini, bahkan saat nama mereka dihapus dari laporan PBB,” demikian pernyataan oleh Lotta Sylwander, Perwakilan UNICEF di Filipina seperti dikutip oleh GMA News.
“Membina perdamaian abadi untuk anak-anak membutuhkan kewaspadaan lanjutan dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, masyarakat sipil, tokoh masyarakat, orang tua dan anak-anak mereka sendiri untuk memastikan mereka tidak terlibat atau dimanfaatkan dalam konflik bersenjata,” pungkas Sylwander.
Laporan tersebut menjelaskan bahwa kelompok Abu Sayyaf dan Bangsamoro Islamic Freedom Fighters (BIFF), dan Tentara Rakyat Baru Komunis (Communist New People’s Army) belum menerapkan langkah-langkah selama periode pelaporan untuk memperbaiki perlindungan terhadap anak-anak.
UNICEF juga melaporkan bahwa 14 anak terbunuh dan 24 lainnya menderita luka-luka, dan ini merupakan satu dari enam pelanggaran berat yang diawasi PBB saat melaporkan anak-anak yang terkena dampak konflik bersenjata.
UNICEF juga mengungkapkan bahwa krisis di Marawi yang telah berkecamuk selama lebih dari empat bulan, telah menyebabkan 359.000 penduduk melarikan diri dari rumah-rumah mereka, 205.000 di antaranya adalah anak-anak.
MILF, merupakan sebuah kelompok Islamis yang berbasis di Filipina Selatan. MILF menandatangani sebuah kesepakatan damai dengan pemerintah pada bulan Maret 2014 namun belum sepenuhnya melaksanakannya.[IZ]