WASHINGTON, (Panjimas.com) – Pihak Gedung Putih berupaya memanfaatkan insiden serangan teror di New York Senin (11/12), untuk mendorong inisiatif kebijakan imigrasi Presiden Donald Trump yang bertujuan untuk memperketat batasan bagi warga negara yang akan memasuki wilayah A.S., terutama warga dari negara-negara berpenduduk mayoritas Muslim.
Larangan tersebut menerapkan berbagai batasan visa untuk warga negara dari 6 negara berpenduduk mayoritas Muslim – Chad, Iran, Libya, Somalia, Suriah dan Yaman – juga dari Venezuela dan Korea Utara, dikutip dari Anadolu.
“Serangan ini menekankan perlunya Kongres untuk bekerja dengan Presiden mengenai reformasi imigrasi untuk meningkatkan keamanan nasional dan keamanan publik kita,” pungkas juru bicara Gedung Putih, Sarah Huckabee Sanders kepada para wartawan. Ia menyatakan, “Kami harus melindungi perbatasan kami.”
Pelaku serangan diidentifikasi bernama Akayed Ullah yang dilaporkan berasal dari Bangladesh – sebuah negara yang tidak termasuk dalam kebijakan larangan visa Trump, namun Presiden tetap mencari jalan terpisah untuk apa yang dia sebut “pola berantai imigrasi”, atau cara memasuki wilayah A.S. berdasarkan adanya hubungan keluarg. Sanders mengatakan bahwa Ullah masuk ke negara tersebut dengan visa semacam itu.
“Presiden akan secara agresif terus mendorong reformasi imigrasi yang penuh tanggung jawab, dan mengakhiri rantai imigrasi yang pastinya akan menjadi bagian dari proses itu,” pungkasnya.
Tersangka berusia 27 tahun asal Bangladesh itu kini ditahan dalam tuntutan “percobaan serangan teror” mengguncang stasiun kereta bawah tanah New York Port Authority yang padat, Senin pagi.
Ledakan itu terjadi di stasiun kereta bawah tanah yang sangat padat penduduk ketika jam sibuk.
Komisaris Polisi James O’Neill mengatakan bahwa Ullah menderita luka bakar dan luka di tubuh dan tangannya akibat serangan tersebut dan Ia kini dirawat di sebuah rumah sakit daerah.
O’Neill mengatakan tersangka menyampaikan pernyataannya namun Ia menolak untuk menguraikan ucapannya tersebut atau dugaan jika dirinya mengklaim bahwa serangan tersebut dilakukan untuk Islamic State (IS).
Namun informasi awal mengindikasikan tersangka kemungkinan berasal dari Bangladesh dan Ia telah tinggal di A.S. selama 7 tahun lamanya, demikian menurut mantan Komisaris Polisi New York Bill Bratton yang mengatakan kepada MSNBC bahwa Ullah mengklaim serangannya sebagai serangan Islamic State (IS).
Seorang sumber penegak hukum yang tidak disebutkan namanya mengatakan kepada CNN bahwa Ullah menuturkan bahwa dirinya melakukan serangan tersebut karena tindakan Israel baru-baru ini di Jalur Gaza.
Ullah diduga mengatakan kepada penyidik bahwa dia memilih untuk meledakkan bom di dalam jalanan di sekitar stasiun kereta bawah New York dikarenkana dia melihat sebuah iklan Natal di dinding, dan terinspirasi oleh serangan Natal yang dimotivasi oleh IS, menurut NBC.
Sumber penegak hukum mengatakan kepada NBC bahwa tidak ada hubungan langsung Ullah dengan kelompok IS.
Pihak berwenang pada awalnya mengatakan hanya tersangka yang terluka namun petugas pemadam kebakaran kemudian memperbarui jumlah korban dengan menempatkan empat korban dengan luka-luka ringan yang tidak mengancam jiwa.
Korban segera dilarikan ke rumah sakit setempat, jelas pihak pemadam kebakaran saat memberikan konfirmasinya melalui Twitter.
“Ini adalah tempat yang paling lentur di Bumi,” pungkas Walikota New York Bill de Blasio. “Teroris tidak akan menang. Kami akan tetap menjadi warga New York.”
Alat peledak yang digunakan menempel pada tubuh Ullah dengan menggunakan velcro dan ikatan zip dan didasarkan pada sebuah bom pipa, ujar Wakil Komisaris Polisi John Miller.
O’Neill secara terpisah menyebut bom tersebut sebagai “perangkat rakitan berteknologi rendah”.
Unit Layanan kereta bawah tanah New York dipulihkan, kecuali di stasiun 42nd Street, menurut Gubernur Andrew Cuomo, dan terminal bus Port Authority telah dibuka kembali.
Aktivitas polisi diperkirakan akan meningkat di seluruh kota, meski pejabat menegaskan tidak ada ancaman yang kredibel dan spesifik lainnya ke New York untuk saat ini.
Gubernur New Jersey Chris Christie mengatakan bahwa para aparat penegak hukum New Jersey berkoordinasi dengan rekan-rekan federal dan rekan-rekan New York.
Christie mengarahkan Kepolisian New Jersey untuk meningkatkan keamanan di pusat transportasi utama.
Serangan hari Senin (11/12) terjadi selang beberapa pekan setelah serangan mematikan di Manhattan bagian bawah dimana seorang tersangka berlari ke arah para pejalan kaki dan pengendara sepeda di jalur sepeda, kemudian mengklaim serangan itu terinspirasi IS.[IZ]