YOGYAKARTA, (Panjimas.com) – Sekelompok pamuda muslim Yogyakarta mengadakan Street Dakwah (Dakwah Jalanan) di seputaran Alun-alun Utara Keraton pada malam tahun baru 2016, Kamis (31/12/2015).
Gerakan yang hanya dilakukan tujuh aktivis dari MCY (Mualaf Center Yogyakarta), Kokam, dan Remaja Islam Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta ini sekilas tak tampak, namun menjadi kejutan bagi sebagian orang yang sedang merayakan malam pergantian tahun di Alun-alun Utara (Alut).
Gerakan yang mengambil tema “Say No To Happy New Year” ini dimulai pukul 20.15 WIB dan berlangsung hingga hampir tengah malam. Tampak sederhana memang. Tujuh pemuda membagi diri menjadi tiga regu. Masing-masingnya mengambil lokasi yang berbeda. Berdiri sembari mengamati para pengunjung yang ada.
Seperti yang panjimas.com saksikan saat bersama salah satu regu yang mengambil lokasi di sisi selatan Alut. Luqman (Kokam) berdiri memegang lembaran-lembaran flayer berisi gambaran singkat tentang perayaan tahun baru masehi menurut Islam. Di dekatnya ada Amruya (MCY) yang siap dengan perangkat dokumentasinya.
Tak berapa lama, dua gadis melintas di dekat mereka. Luqman yang murah senyum itu menyapa, “Maaf, Mbak, bisa ngobrol sebentar?” Tampak mimik wajah tak mengira pada keduanya, kalau akan bertemu dengan dua pemuda itu. Terlihat penasaran, lalu memberi jawaban, iya.
Luqman mulai bertanya nama, berkenalan dengan santai, baru masuk ke pokok bahasan. Sementara Amruya, sejak kedua gadis itu mulai mendekat, dirinya sudah mengaktifkan kamera. Bukan seperti seorang guru menerangkan materi di depan kelas, atau penceramah di atas mimbar. Luqman memulainya dengan pertanyaan bersahabat, mengajak berdiskusi dengan suasana hati yang teduh tenteram. Acap kali senyumnya mengembang, tawa mereka menghiasi obrolan yang sempat menjadi seru oleh argumen-argumen yang tak seketika bisa sejalan.
Luqman pun lalu menyampaikan apa yang ternyata belum terpikir oleh kedua gadis itu. Bahwa lonceng dari Kristen, terompet dari Yahudi, dan api dari Majusi. Dalam perayaan tahun baru masehi, tiga identitas itu digunakan. Maka, sebagai muslim tak seyogyanya menirukan. Dalam flayer itu tercatat hadits Nabi SAW yang menyatakan bahwa barang siapa menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk kaum itu. Dan akhirnya,ucapan terimakasih serta dua lembar flayer dihaturkan kepada mereka.
Demikian gambaran apa yang dilakukan para aktivis muslim Yogya di malam tahun baru 2016. Sederhana, namun membawa pesan yang sangat berharga. Agus, siswa sebuah SMK di Klaten yang sedang bermalam tahun baru di Alut mengaku senang bertemu dengan Luqman dan Amruya. “Kaget, nggak nyangka akan diwawancarai begini. Malah senang jadi dapat ilmu baru,” jawabnya ketika panjimas.com menanyakan bagaimana kesannya.
Kemudian berdasar responden yang berhasil diajak berdiskusi, Lukman memperoleh kesimpulan sementara. “Masih lebih banyak yang belum paham dari yang sudah,” ujarnya kepada panjimas.com di akhir kegiatan. [IB]