YOGYAKARTA, (Panjimas.com) – Ribuan kaum muslimin memadati serambi Masjid Gedhe Kauman, Yogyakarta dalam acara “Refleksi Kejujuran Bangsa 2015” yang diadakan mulai pukul 20.00 WIB dan berakhir tepat pukul 22.00 WIB.
Di awal acara, jama’ah diajak nonton bareng film dokumenter yang menampilkan kekayaan alam Indonesia, yang mana itu belum dapat mensejahterakan rakyat dikarenakan ketidak-jujuran para pemegang kekuasaan.
Tema kejujuran dipilih karena hal itu menjadi pondasi mental seseorang dalam memperjuangkan kehidupan di berbagai lapisan.
“Kejujuran adalah pondasi dasar dari mental seseorang dalam memperjuangkan kehidupan di berbagai lapisan, mulai dari diri sendiri, keluarga, masyarakat, hingga kebangsaan. Tanpa kejujuran maka akan lahir mental yang rusak, munafik, koruptif, dan melahirkan jiwa raga yang tidak sehat. Banyak sekali kekacauan yang terjadi di bangsa ini dikarenakan lunturnya nilai-nilai kejujuran. Tentunya ini perlu muhasabah secara berjamaah, untuk mengingatkan diri sendiri baik orang lain dalam rangka amar ma’ruf nahi munkar untuk bangsa yang lebih baik,” terang Ridwan Wicaksono selaku panitia acara kepada panjimas.com, Jum’at (1/1/2016) melalui sambungan telepon.
“Kajian refleksi akhir tahun tersebut, yang biasa menghadirkan Bapak Amien Rais, pada tahun ini agak berbeda. Kami mengundang Bapak Dr. H. Busyro Muqoddas sebagai orang yang mempunyai kapabilitas berbicara tentang permasalahan korupsi di Indonesia, sesuai dengan kompetensi dan pengalaman beliau di beberapa lembaga terhormat di Indonesia,” bebernya.
“Islam mengajarkan untuk selalu memperhatikan apa yang kita kerjakan untuk persiapan di hari akhir dan selalu meningkatkan taqwa kepada Allah (Al-Hasyr 18). Salah satu bentuk taqwa adalah berhati-hati untuk menjaga diri dari sikap koruptif, gagah serta berani menegakkan kejujuran dalam kehidupan. Pendidikan politik dan kepemimpinan yang jujur sangat penting untuk ditanamkan kepada umat Islam. Kami harapkan Pak Busyro dapat memotivasi jamaah untuk dapat memperbaiki diri menjadi seorang pemimpin yang jujur. Pemimpin Otentik adalah yang berani menjadi teladan perubahan di lembaga, masyarakat, dan bangsanya,dimulai dari menegakkan kejujuran pada diri sendiri dan keluarga,” tandasnya. [IB]