KLATEN (Panjimas.com) – Tim dokter forensik dari PP Muhammadiyah pagi ini melakukan otopsi jenasah Siyono.
Ada hal menarik yg saat pengangkatan jenazah dari dalam kubur. Hal ini diutarakan oleh beberapa anggota Kokam yg diberi tugas menggali kubur Siyono.
“Jenazahnya baunya wangi tidak seperti jenazah pada umumnya” uangkap salah satu anggota Kokam yang mangaku bernama Wawan warga Ceper Klaten.
Selain muncul bau wangi kondisi jenazah juga terlihat masih utuh.
Awalnya anggota Kokam tersebut menggunakan masker namun kemudian dilepas dan mencium bau tersebut.
Jika dibandingkan dengan jenasah lain tentu berbau karena Siyono meninggal lebih dari dua minggu yang lalu.
Hal yang sama juga disampaikan Prof. Dr. dr. Sudibyo (70 tahun) ahli Forensik dari Muhammadiyah. Ia mengungkapkan jenazah Siyono jenazah masih utuh dan tidak bau.
Hal ini ditandai banyak petugas di liang kubur, dokter forensik dan mahasiswa yang tidak menggunakan masker.
Hal ini akibat dari jenis tanah lempung dan adanya air. Jenazah seperti di dalam freezer.
Salah satu tugas Tim Forensik ini adalah untuk mencari sebab kematian, letak dan banyak luka di tubuh Siyono.
Penjelasan ini disampaikan oleh Sekretaris The Islamic Study and Action Center (ISAC), Endro Sudarsono, di hadapan Prof. Hafidz Abbas, Siane Indriyani, Manager Nasution (Komnas HAM), Busyro Muqoddas, Dahnil A Simanjuntak (Muhammadiyah) M. Kalono, Hery Dwi (Kuasa Hukum), Edi Lukito (LUIS) dan Basuno (FUI Klaten).
Seperti diberitakan sebelumnya, Siyono (39), ditangkap Densus 88, usai mengimami shalat pada Selasa (8/3/2016).
Saat menjalani prosesn penyidikan, ternyata Siyono dikabarkan meninggal dunia pada hari Jum’at (11/3/2016). Diduga, Siyono wafat akibat kekerasan yang dideritanya. [AW/RN]