KLATEN (Panjimas.com) – Ustadz Abu Fatiah Al-Adnani, dai muda dan penulis aktif tentang peristiwa-peristiwa akhir zaman mengungkapkan bahwa konflik antar mujahidin di Suriah tidak bisa dikait-kaitkan sepenuhnya dengan hadits-hadits yang mengisahkan tentang huru-hara akhir zaman. (Baca: Bagaimana Umat Islam Menyikapi Konflik antar Mujahidin di Suriah?)
Menurutnya, hadits-hadits tersebut bersifat umum, sehingga tidak bisa mencocokkan begitu saja dengan apa yang terjadi sekarang ini.
“Jadi gini, dalil-dalil yang berkenaan dengan konflik akhir zaman itu sifatnya umum. Artinya, konflik itu terjadi antara umat Islam dan para mujahidin dengan orang-orang Kafir, maupun bisa saja terjadi antara sesama muslim. Jadi kita tidak bisa kemudian mencocok-cocokkan atau memaksa-maksakan bahwa hadits tersebut sesuai dengan apa yang sekarang ini di Suriah sana,” kata ustadz Abu Fatiah Al-Adnani saat menjadi pemateri kajidan bertajuk “Nubuwat Huru-Hara Akhir Zaman” di Masjid Al Huda di Dukuh Kerun, Desa Belangwetan, Klaten, Jawa Tengah, kepada jurnalis panjimas.com pada Senin (2/6/2014).
Adapun terkait masalah perselisihan atau pertikaian antara sesama Muslim, menurut Ustad Abu Fatiah Al-Adnani, sebetulnya ada satu syari’at yang Allah telah turunkan agar bisa menyatukan umat Islam, yakni syari’at Jihad.
“Orang yang menasehati orang lain untuk mengajak sholat atau mengingatkan cara sholat yang benar, bisa-bisa yang terjadi bukan respon baik dan persatuan umat, tapi malah permusuhan dan perpecahan. Ada yang tidak terima qunut dianggap bid’ah, jari telunjuknya saat tahiyat harus gini dan lain sebagainya, ya kan?
Lalu puasa, apa syari’at puasa juga bisa menyatukan umat Islam? nggak bisa. Yang ada, setiap menjelang bulan Ramadhan tiba, ormas-ormas dan elemen Islam saling ribut menentukan awal atau tanggal 1 Ramadhan dan saling menyalahkan. Belum lagi nanti saat menentukan penetapan 1 Syawwal juga,” jelasnya.
Ia menambahkan, syari’at jihad bisa menjadi pemersatu bagi umat Islam, meskipun memiliki latar belakang dan faham yang berbeda-beda.
“Syari’at Jihad itu sudah terbukti bisa menjadi penyatu umat meskipun faham dan latar belakang mereka berbeda-beda madzhab. Baik itu yang suka tahlilan, yasinan, qunut, suka judi, mabuk, dan lain sebagainya, jika daerah atau wilayah mereka diserang oleh orang-orang kafir, maka mereka akan bersatu padu untuk menjaga daerah dan nyawa serta keluarga mereka seperti yang awalnya terjadi di Suriah,” imbuhnya.
Namun, mengapa di Suriah meski jihad tengah berlangsung di tengah umat Islam, justru perselisihan itu terjadi?
Ustadz Abu Fatiah pun berhusnuzhan, barangkali Allah sedang mempersiapkan cara mempersatukan mujahidin lewat jalan yang lain.
“Namun nampaknya, di Suriah ini Allah mempunyai rencana lain. Tampaknya, Allah sedang mempersiapkan ‘lem perekat’ yang baru (selain syari’at jihad, red.) untuk menyatukan barisan mujahidin dalam menghadapi pintu gerbang dan perang Al-Malhamah Al-Kubra yang membutuhkan persiapan yang luar biasa. Wallahu a’lam,” tutupnya. [AW/Khalid]