(Panjimas.com) – Deradikalisasi adalah upaya yang mengacu pada tindakan preventif kontraterorisme atau strategi untuk menetralisir paham paham yang dianggap radikal dan membahayakan dengan cara pendekatan tanpa kekerasan. Tujuan dari deradikalisasi ini adalah untuk mengembalikan para aktor terlibat yang memiliki pemahaman radikal untuk kembali ke jalan pemikiran yang lebih moderat. Terorisme telah menjadi persoalan serius bagi dunia internasional karena setiap saat akan membahayakan keamanan Nasional bagi Negara maka dari itu program deradikalisasi dibutuhkan sebagai formula penanggulangan dan pencegahan pemahaman radikal seperti terorisme. (wikipedia.org)
Dari definisi deradikalisasi yang disebutkan diatas jelas yang menjadi target upaya deradikalisasi ini adalah pemahaman radikal. Karena itulah menjadi sangat penting mengetahui berbagai ide yang berkaitan salah satu nya ide pemikiran moderat. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ( KBBI) dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan moderat adalah selalu menghindarkan perilaku atau pengungkapan yang ekstrem serta berkecenderungan kearah dimensi atau jalan tengah. Yang tidak bisa berkompromi maka di katakan tidak moderat atau radikal, secara langsung menurut paham ini keharaman pun bisa dikompromikan dan pada akhirnya semua berlomba-lomba untuk mengkompromikan hukum” syara’ sesuai kepentingan masing masing. Inilah sisi bahaya ide moderat yang bertambah besar bahayanya jika digabungkan dengan deradikalisasi yang sekarang lagi di aruskan oleh pemerintah kita. Orang akan semakin kabur dengan pemahaman Islam, dan yang mengemban ide Islam yang terkategori lurus akan di bredel. Mahasiswa pun tak lepas dari dampak adanya deradikalisasi ini. Semakin sedikit yang berani menyampaikan Islam, karena takut dikatakan radikal, dikatakan ekstremis, fundamentalis bahkan sampai teroris. Tidak ada lagi yang bersuara jika ada yang bertentangan dengan ide islam dan kemanusiaan .
Sebetulnya ide ini (baca: Islam Moderat) sudah ada lama dan akan terus menjadi isu yang menarik untuk dibahas. Isu ini adalah sebuah grand desain dari penguasa dunia yang memang sedang akan akan terus menguasai opini Internasional untuk mendukung kepentingannya. Robert Spencer (danielpipes.org, 2008) seorang analis Islam terkemuka di AS, bahkan menjabarkan ciri khas Islam Moderat lebih vulgar :“Acknowledge the existence of and repudiate the tradisional Islamic imperative, taugh by all the schools of Islamic jurisprudence that muslims recognize as orthodox, to impose Islamic law upon non muslims, whether by force or by stealth.” (mengakui keberadaan dan menolak ajaran Islam tradisional, yang diajarkan semua mazhab fiqih Islam orthodoks, untuk menerapkan hukum Islam pada non muslim, baik secara paksa atau diam-diam)
Di dalam negeri pun sama, para tokoh politik memiliki irama dan pandangan yang senada tentang Islam. Bahwa Islam harus dipaksa menjadi moderat, jalan tengah, damai, anti radikal,toleran , sesuai HAM, menjunjung demokrasi dan dicintai dunia. “Pemikiran Islam Indonesia diharapkan bisa menjadi referensi terbesar di dunia, karena itu umat Islam di Indonesia harus bisa menunjukkan Islam yang moderat dan toleran, menjadi jalan tengah serta mampu menjaga kebersamaan dan kedamaian”sambutan yang disampaikan oleh Wapres pada taaruf Kongres Umat Islam Indonesia VI di Yogyakarta.
Jelas ide moderat ini menyerang orang-orang yang menolak ide moderat sebagai oknum yang tidak baik bahkan terlabeli sebagai tetoris, ekstrimis dll. Ini akan membuat surut gelombang perubahan yang sekarang sedang mulai berkembang. Krisis multidimensi yang ada sekarang membutuhkan daya kritis mahasiswa dan masyarakat yang peduli dengan masa depan bangsa, untuk memberikan sumbangsih pemikirannya kepada pemerintah agar memperbaiki kondisi. Jika yang bersuara sedikit dikatakan yang buruk buruk dan islam moderat (dengan definisi seperti di atas) maka tidak akan lagi daya kritis dan negara akan kehilangan kekayaan pemikiran para intelektualnya. Negara akan lambat bergerak maju dan tetap dalam ketertinggalannya. Wallahu a’lam bi showab. [RN]
Penulis, Puspita Ningtiyas
Mahasiswa di STIS SBI Surabaya