AMMAN, (Panjimas.com) – Kementerian Luar Negeri Yordania baru-baru ini menyerahkan Memo kepada Kedutaan Israel di Amman yang bertujuan memprotes keras penyerbuan ratusan ekstremis Yahudi ke Masjid Al-Aqsa di bawah perlindungan pasukan polisi Israel.
Pemerintah Yordania menuntut pemerintah Israel dalam memo tersebut untuk segera menghentikan tindakan agresi dan provokasi tersebut.
Kemlu Yordania juga mengultimatum Israel agar menghormati peran Yordania dalam melindungi dan menjaga tempat-tempat suci Islam di Yerusalem.
Perjanjian Damai Yordania tahun 1994 dengan Israel mnegaskan pengakuan peran Yordania sebagai penjaga tempat suci Muslim dan Kristen di Al Quds, Yerusalem, yang diduduki oleh Israel selama Perang 1967, mengutip laporan Petra.
Kemlu Yordania mengatakan bahwa tindakan agresi dan provokasi ratusan ekstrimis Yahudi itu mengobarkan api kemarahan Muslim di seluruh dunia.
Tindakan penyerbuan itu juga melanggar Pasal 9 dalam Perjanjian Damai antara Yordania dan Israel Tahun 1994, serta tidak sesuai dengan kewajiban hukum Israel, sebagai kekuatan pendudukan, sesuai dengan hukum-hukum internasional.
Dalam memonya, pemerintah Yordania menegaskan bahwa tindakan tersebut membahayakan hubungan kedua negara dan merongrong upaya untuk mengurangi ketegangan dan mempertahankan status quo di Masjid Al-Aqsa.
Untuk diketahui, Ratusan pemukim ilegal Yahudi pada hari Rabu (31/05) menyerbu masuk ke kompleks Masjid Al-Aqsa di Yerusalem Timur saat liburan Yahudi Shavuot, menurut seorang pejabat Palestina.
“Lebih dari 185 pemukim [Yahudi] menyerbu kompleks tersebut melalui Gerbang Al-Mugharbeh di bawah perlindungan pasukan Israel,” kata Direktur Masjid Al-Aqsa Sheikh Omar al-Qiswani kepada Anadolu.
Sheikh Omar al-Qiswani mengatakan bahwa para ektrimis Yahudi memaksa melakukan ritual Talmud di dekat Dome of the Rock dan Masjid Al-Qibali.
“Mereka dicegah melakukannya oleh penjaga Masjid,” katanya.
Menurut Otoritas Wakaf Islam Yerusalem, para pemukim Yahudi sering melakukan “ritual” di kompleks Masjid Al-Aqsa, Mereka bahkan melakukan upacara pernikahan dan upacara Yahudi lainnya disana.
Ritual-ritual para ektrimis Yahudi itu selalu mendapatkan perlindungan ketat pasukan Israel, pungkas Otoritas Wakaf Islam Yerusalem.
“Kami menganggap eskalasi ekstremis Yahudi ini… ancaman terhadap status quo sejarah di Masjid [Al-Aqsa,” demikian pernyataan itu, dikutip dari Anadolu.
Dalam beberapa tahun terakhir, para ekstremis Yahudi dengan kawalan ketat pasukan polisi Israel terus menyerbu masuk ke kompleks Masjid Al-Aqsa, dan jumlah serta frekuensinya terus meningkat.
Bagi umat Islam, Masjid Al-Aqsa merupakan tempat suci ketiga di dunia. Sementara pemeluk Yahudi, mengklaim area itu sebagai “Temple Mount” dan menyebutnya sebagai situs 2 kuil Yahudi di zaman kuno.
Pada September 2000, kunjungan Ariel Sharon seorang politisi kontroversial Israel ke Al-Aqsa telah memicu apa yang kemudian dikenal sebagai “Intifada II” aksi pemberontakan rakyat Palestina sepanjang lima tahun di mana ribuan warga Palestina gugur dibunuhi pasukan Israel.
Israel telah menduduki wilayah Yerusalem Timur dimana Masjid Al-Aqsa berdiri selama Perang Timur Tengah 1967. Namun secara resmi, Israel menganeksasi seluruh kota pada tahun 1980, mengklaimnya sebagai ibukota negara Yahudi, dalam sebuah langkah yang tidak pernah diakui oleh masyarakat internasional.[IZ]