KAIRO, (Panjimas.com) — Putra Mahkota Arab Saudi, Pangeran Mohammed bin Salman (MBS) Selasa (29/01) lalu menerima panggilan telepon dari Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres untuk membahas kemajuan dalam menyelesaikan perang sipil Yaman.
Keduanya juga membicarakan sejumlah isu lain di kawasan, demikian dilaporkan Saudi Press Agency (SPA).
Perang sipil yang berkecamuk selama empat tahun di Yaman menghadapkan antara gerakan Syiah al-Houthi, yang bersekutu dengan Iran, dengan gerakan Abd-Rabbu Mansour Hadi yang disokong Arab Saudi. Perang Yaman menjadi konflik yang merenggut puluhan ribu nyawa melalui tindakan militer dan sebab lainnya.
PBB ingin menyelamatkan kesepakatan yang dicapai antara kedua belah pihak pada bulan Desember untuk melaksanakan penarikan pasukan dari kota pelabuhan Hudaidah, gerbang utama bagi pasokan bantuan dan barang komersil Yaman.
Houthi memegang kendali atas kota pelabuhan Hudaidah sementara pasukan koalisi yang disokong Arab Saudi berkumpul di pinggiran Hudaidah. Pihak-pihak yang bertikai tidak setujui terkait siapa yang akan mengendalikan kota dan pelabuhan pasca penarikan pasukan.
Utusan PBB Martin Griffiths, Senin (28/01), mengaku bahwa batas waktu yang diusulkan untuk penarikan pasukan dari pelabuhan sudah lewat. Ia mendesak para pihak yang bertikai untuk mundur.
Menurut laporan SPA, Sekretaris Jenderal PBB mengucapkan terima kasih kepada Kerajaan Saudi atas dukungannya dalam mendorong hasil yang positif dalam dialog antar pihak di Yaman.
Tidak diketahui apakah percakapan tersebut membahas penyelidikan internasional yang dipimpin penyidik PBB, Agnes Callamard.
Callamard telah memulai penyelidikan selama sepekan di Turki dalam kasus pembunuhan jurnalis Saudi Jamal Khashoggi, di Konsulat Saudi di Istanbul pada 2 Oktober.
Callamard pada Selasa mengatakan Arab Saudi belum memberikan lampu hijau kepadanya untuk memasuki konsulat Kerajaan di Istanbul ataupun bertemu dengan pihak berwenang Saudi.[IZ]